Macam Benang Jahit di Kedokteran

Nabilah Kusuma
Published on

Macam-macam Benang Jahit

Benang jahit berdasarkan bahannya atau suture materials adalah semua bahan yang dipakai untuk ligasi pembuluh darah atau mengaproksimasi jaringan dan menahannya sampai jaringan mengalami penyembuhan1. Klasifikasi benang untuk penjahitan luka dapat dibagi berdasarkan beberapa kriteria, yaitu:

 

1. Jumlah untai (monofilamen atau multifilamen)1

benang jahit, suturing, kedokteran, kedokteran umum, kedokteran gigi

Gambar 1: Ilustrasi jahitan multifilamen dan monofilamen.

Sumber: https://my.gynzone.com/courses/16-suture-material/chapters/86-introduction/watch/307-introduction

  • Monofilamen
    • Terdiri dari satu untai tunggal yang biasa digunakan untuk penutupan jaringan-jaringan kulit (karena lebih baik secara kosmetik) atau untuk tindakan-tindakan vaskular. Kemungkinan infeksi lebih kecil, tetapi ikatannya lebih mungkin untuk tergelincir.
  • Multifilamen
    • Mengandung beberapa untai yang terpilin atau terikat bersama. Lebih mudah untuk diikat dan kecil kemungkinan ikatannya akan tergelincir. Beberapa bahan multifilamen juga dilapisi (coated) oleh bahan-bahan lain agar lebih mudah melewati jaringan dan memperkuat penanganan luka. Coated multifilament ini biasanya digunakan untuk tindakan pada organ-organ intestinal.

2. Penyerapan (absorbable atau non-absorbable)

2.1. Benang jahit yang dapat diserap (absorbable)

Jahitan yang didegradasi dalam jaringan dan kehilangan kekuatannya dalam 60 hari, dimasukkan ke dalam kategori absorbable sutures. Biasanya digunakan untuk menahan jaringan sementara sampai jaringan tersebut sembuh. Apabila terbuat dari bahan alami seperti kolagen dari hewan-hewan mamalia, maka benang akan dicerna oleh enzim tubuh, sedangkan apabila terbuat dari bahan sintetis, maka benang akan melalui proses hidrolisis yang memecah rantai polimer jahitan, di mana proses hidrolisis ini menghasilkan reaksi jaringan yang lebih minimal dibandingkan proses pemecahan oleh enzim1.

Beberapa batasan penggunaan benang yang dapat diserap ini adalah, apabila pasien mengalami demam, infeksi, atau defisiensi protein, proses penyerapan benang bisa menjadi lebih cepat, sehingga menyebabkan penurunan kekuatan regangan jahitan yang lebih cepat pula1.

Contoh bahan-bahan benang jahit yang dapat diserap adalah sebagai berikut:

2.1.1. Alami

Catgut 1,2

Benang catgut terbuat dari kolagen yang diekstraksi dari submukosa usus halus domba atau sapi. Tersedia dalam dua bentuk, yaitu catgut plain dan catgut chrome.

Catgut plain

Kehilangan setengah kekuatannya setelah 5-7 hari dalam jaringan dan 100% terabsorbsi dalam 3-4 minggu. Karena waktu absorbsi yang cepat, benang ini biasanya digunakan untuk jaringan yang dapat pulih cepat dengan support minimal, contohnya pada pembuluh darah superfisial dan jaringan subkutan.

Catgut chrome

Mengandung garam kromium yang melawan kerja beberapa enzim tubuh, sehingga memiliki waktu absorbsi lebih lama, yaitu kehilangan setengah kekuatannya dalam 20 hari, dan 100% terabsorbsi dalam 5 minggu. Biasanya digunakan untuk menjahit luka yang belum merapat dalam waktu 10 hari.

2.1.2. Sintesis

Benang sintetis tersedia dalam berbagai kekuatan, sehingga penggunaannya dapat lebih beragam, mulai dari penutupan luka abdominal dan torakal sampai operasi plastik dan mata.

  • Multifilamen
    • Asam poliglikolat (dexon): Dapat digunakan untuk menjahit fasia otot, kapsul organ, dan tendon. Benang ini kehilangan kekuatannya dalam jaringan setelah 28 hari dan 100% terabsorbsi dalam 60 hari2.
    • Asam poliglaktik (vicryl): Digunakan untuk menjahit daerah-daerah tertutup. Mengandung 90% sampai 10% asam glikolat dan asam laktat. Sekitar 50% akan terabsorbsi melalui proses hidrolisis setelah 28 hari pascaoperasi dan 100% diabsorbsi setelah 70 hari2.
  • Monofilamen
    • Polydioxanone (PDS): Diproduksi dari hasil polimerisasi paradioxanone. Diabsorbsi oleh tubuh melalui proses hidrolisis dengan waktu serap yang lebih lama dari poliglaktik, yaitu dimulai 90 hari pascaoperasi dan selesai setelah 180 hari. Penelitian menunjukan bahwa PDS dapat bertahan di anastomosis vaskular setelah 120 hari, menunjukkan bahwa material ini aman dan dapat digunakan untuk penjahitan intravaskular2.
    • Poliglecaprone (Monocryl): Merupakan copolymer dari epsilon-caprolactone dan glikosida. Bahan ini menunjukkan kemampuan yang baik dalam penanganan luka dengan resistensi minimal ketika melewati jaringan. Waktu absorbsi total sekitar 90 sampai 120 hari dengan reaksi jaringan minimal2.

 

2.2. Benang jahit yang tidak dapat diserap (non-absorbable)

Terbuat dari bahan-bahan yang tidak dapat dicerna oleh enzim tubuh maupun dihidrolisis oleh jaringan tubuh, sehingga akan tetap berada di dalam jaringan. Beberapa indikasi penggunaan benang jahit ini adalah1:

  • Penjahitan kulit, yang harus segera diambil setelah sembuh.
  • Di dalam kavitas tubuh, di mana jahitan akan secara permanen berada di dalam jaringan.
  • Pasien-pasien yang memiliki riwayat reaksi terhadap jahitan
  • Pemasangan alat-alat prostetik, seperti defibrillator dan pacemaker.

Contoh bahan-bahan benang jahit yang tidak dapat diserap adalah sebagai berikut:

Surgical silk

Memiliki kualitas penanganan yang dianggap paling baik dan filamennya mudah dibengkokkan maupun dibuat menjadi simpul. Kekuatan regangannya juga baik, tetapi dapat berkurang ketika terekspos ke kelembapan, sehingga penggunaannya harus dalam kondisi kering. Walaupun digolongkan dalam benang yang tidak dapat diserap, tetapi beberapa penelitian menunjukkan bahwa bahan ini kehilangan kekuatan regangannya dalam 1 tahun dan sudah tidak bisa dideteksi di jaringan 2 tahun pascaoperasi1.

Poliester (dacron, mersilene)

Tersedia dalam bentuk multifilamen yang memiliki kekuatan regangan tinggi sehingga dianjurkan untuk penutupan fasia. Namun, penanganan bahan ini tidak mudah sehingga penggunaannya terbatas. Bahan ini biasanya dilapisi oleh bahan lain seperti teflon, silikon, dan polybutilate2.

Polipropilene (prolene, surgilene)

Tersedia dalam bentuk monofilamen yang memiliki elastisitas baik, daya regangan yang tinggi, serta tahan terhadap berbagai reaksi—baik asam, basa, maupun berbagai enzim. Biasanya digunakan pada prosedur di anastomosis vaskular dan tendon, serta penjahitan di dinding abdomen2.

Surgical stainless steel

Kelebihan dari bahan ini adalah tidak mengandung elemen toksik serta sifatnya yang fleksibel. Selain itu, baik yang dalam bentuk monofilamen maupun multifilamen, bahan ini menunjukkan kekuatan regangan yang tinggi, reaksi jaringan minimal, dan dapat mempertahankan ikatan dengan baik.           

Jenis bahan ini biasanya digunakan pada tindakan penutupan dinding abdomen, sternum, dan kulit, serta beberapa prosedur ortopedi dan bedah saraf. Sebaiknya tidak digunakan apabila pasien menggunakan prostetik yang juga terbuat dari logam karena dapat menimbulkan reaksi elektrolitik1.

 

Referensi:

1 Dunn, David L. Wound Closure Manual. New Jersey: Ethicon Inc, Johnson & Johnson Company; 2012

2 Filho IA, Neto IA, Wanderley Costa Dantas MH, Sampaio TBM, Rêgo ACM. Surgical Sutures: The Necessary Update of Current Knowledge. Gastroenterol Pancreatol Liver Disord. 2018; 6(1): 1-5. DOI: 10.15226/2374-815X/6/1/001119

Penulis: Adara Kirana (Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro)

Customer Support umeds