Perbedaan Obat Analgesik atau Anti Nyeri dalam Pengelolaan Nyeri: Paracetamol, NSAID, dan Opioid

Saniyya Yumna Abiyya
Published on

Apapun sakitnya, paracetamol obatnya. Mungkin inilah moto beberapa mahasiswa kedokteran di Indonesia. Namun, penting untuk memahami bahwa ada lebih dari sekadar paracetamol dalam penanganan nyeri. Artikel ini akan membahas lebih lanjut tentang klasifikasi obat analgesik atau antinyeri, termasuk mekanisme kerjanya dan dosis yang tepat.

Sebelum kita membahas obat antinyeri, penting bagi Umeds Student untuk memahami apa itu nyeri. Menurut International Association for Study of Pain (IASP), nyeri adalah pengalaman sensorik dan emosional yang tidak menyenangkan akibat stimulus potensial atau aktual yang merusak jaringan. Nyeri merupakan  tanda vital ke-5, setelah suhu tubuh, denyut nadi, frekuensi pernapasan, dan tekanan darah.

Pengelolaan nyeri memiliki peran penting dalam kualitas hidup seseorang. Salah satu pendekatan utama dalam pengelolaan nyeri adalah penggunaan obat analgesik. Terdapat tiga kelas obat analgesik yang umum digunakan: Paracetamol (analgesik sederhana), NSAID (Non-Steroidal Anti-Inflammatory Drugs), dan Opioid. Yuk kita ulik satu per satu!

1. Paracetamol: Penghilang Nyeri Multifungsi

Paracetamol, juga dikenal sebagai acetaminophen, adalah obat analgesik yang sering digunakan untuk mengurangi nyeri dan demam. Mekanisme kerjanya melibatkan inhibisi atau penghambatan kerja enzim siklooksigenase-3 (COX-3) dan intervensi dalam jalur serotonergik. Paracetamol efektif dalam mengatasi nyeri ringan hingga sedang. Obat ini tersedia dalam berbagai bentuk seperti tablet, sirup, dan infus. Dosis umum digunakan untuk orang dewasa adalah 600-1000 mg setiap 4-6 jam, sedangkan untuk anak-anak adalah 10-15 mg per kg berat badan (KgBB) setiap 6-8 jam. Kelebihan dari paracetamol adalah kemampuannya sebagai pilihan utama analgetik dan antipiretik pada pasien dengan masalah lambung seperti ulkus lambung, gastritis, dan dispepsia, karena tidak menyebabkan iritasi lambung. Selain itu, paracetamol juga dianggap aman untuk digunakan oleh ibu hamil.1

2. NSAID: Menyasar Inflamasi dan Nyeri

Obat golongan NSAID (Non-Steroidal Anti-Inflammatory Drugs) bekerja dengan menghambat enzim COX-1 dan/atau COX-2, yang bertanggung jawab untuk produksi prostaglandin, yakni mediator inflamasi yang menyebabkan peradangan, demam, dan nyeri. Terdapat dua jenis NSAID umum, yaitu non-selective dan selective.2

a. NSAID Non-selective: Kelas NSAID ini meliputi obat-obatan seperti aspirin, ibuprofen, diklofenak, dan asam mefenamat. NSAID Non-selective menghambat enzim COX-1 & COX-2 tanpa pilah pilih. Perbedaan antara COX-1 dan COX-2 terletak di distributor reseptornya. Reseptor COX-1 adalah jaringan konstitutif, terutama lambung, dinding miosit uterus/rahim, sel ginjal, dan platelet/trombosit. Oleh karena itu, konsumsi obat ini harus dilakukan setelah makan, karena obat OAINS jenis ini memiliki efek samping terhadap jaringan-jaringan tersebut, terutama lambung.2 

Lalu, bagaimana dengan dosisnya ya? 

i. Aspirin 

    • Indikasi: aspirin diberikan pada kasus nyeri ringan hingga sedang 
    • Rute: diberikan melalui oral/mulut (eg., tablet, kaplet, sirop), suppositoria (supp)  
    • Sediaan: 500 mg
    • Dosis: 4-6 jam sekali (4x sehari). Dosis maksimal perhari: 4000 mg  

ii. Ibuprofen 

    • Indikasi: ibuprofen diberikan pada kasus nyeri ringan hingga sedang 
    • Rute: oral, supp
    • Sediaan: 
      • Tablet 200, 400
      • Syrup 100/5 ml 
    • Dosis :
      • Dosis dewasa: 400-800 mg per 6-8 jam (3-4 kali perhari)
      • Dosis anak-anak: 5-10 mg/KgBB per 6-8 jam (3-4x perhari)
    • Keunggulan: berkategori FDA B, artinya relatif aman dalam kehamilan

iii. Diklofenak 

    • Indikasi: diklofenak dapat digunakan untuk kasus nyeri sedang hingga berat  
    • Rute: oral, injeksi intramuscular (IM)
    • Sediaan: 
      • Tablet 25, 50, 75 mg
      • Gel 1% 
    • Dosis: 
      • Dosis dewasa: Oral 50 mg 2, 3, 4 kali perhari
      • Dosis anak >14 tahun: 25 mg perkali

iv. Asam mefenamat 

    • Indikasi: as. Mefenamat dapat diberikan pada kasus nyeri ringan-sedang 
    • Rute: oral, injeksi intramuscular (IM)
    • Sediaan: tab 500 mg 
    • Dosis: 3-4 kali perhari 

b. NSAID Selective: Salah satu contoh dari kelas ini adalah celecoxib. Mereka hanya menghambat COX-2 yang berfokus pada jaringan yang mengalami peradangan atau cedera. Meskipun lebih mahal, penggunaan NSAID jenis ini dapat mengurangi efek samping terhadap organ lain seperti ginjal dan jantung.2

i. Celecoxib 

    • Indikasi: celecoxib dapat dipreskripsikan untuk nyeri derajat sedang hingga berat 
    • Rute: oral
    • Sediaan: tab 100 mg, 200 mg 
    • Dosis: 200 mg dosis tunggal atau dosis terbagi max 400 mg
    • Keunggulan: karena bersifat gastroprotektif, celecoxib dapat diminum sebelum atau sesudah makan

 

3. Opioid: Pengobatan Nyeri Jenis Narkotika yang Perlu Kewaspadaan

Analgesik golongan opioid bekerja dengan mengubah persepsi nyeri pada sistem saraf pusat. Namun, penting untuk dicatat bahwa opioid adalah obat-obatan narkotika yang memiliki potensi penyalahgunaan dan efek samping yang serius karena jenis obat ini yang adalah obat narkotika (keras). Beberapa contoh analgesik opioid antara lain morfin, codeine, dan fentanyl. Penggunaan opioid perlu diawasi dengan ketat dan hanya diberikan dalam kondisi yang membutuhkan, seperti nyeri hebat setelah operasi atau cedera parah.3

  1. Morfin 
  • Indikasi: nyeri berat, seperti kanker atau serangan jantung 
  • Rute: oral, injeksi intravena (IV), injeksi intramuscular (IM)
  • Sediaan: tab 15 mg, 5 ml 
  • Dosis: IV/IM/SC: 10-20 

 

Kesimpulan

Pengelolaan nyeri melalui obat analgesik memainkan peran penting dalam pemeliharaan kualitas hidup dan kesejahteraan pasien. Paracetamol, NSAID, dan opioid adalah tiga kelas obat analgesik yang berperan dalam mengatasi nyeri dengan pendekatan yang berbeda. Dalam pemilihan obat, dokter harus mempertimbangkan karakteristik pasien, jenis nyeri, serta potensi efek samping dan interaksi obat. Pemahaman yang baik tentang obat-obatan ini akan membantu pasien mendapatkan manfaat optimal dari pengobatan analgesik. Namun, penggunaan opioid perlu dikelola dengan hati-hati mengingat potensi risiko dan komplikasi yang terkait.


Untuk memudahkan kamu, Mindy ada tabel rangkuman obat analgesik.
Let’s check it out!

Tabel 1: Rangkuman Obat Analgesik

*GI: Gastrointestinal 

*DHF: demam berdarah 

*TD: Tekanan darah

*hepatotoksik: toksik/merusak hati 

*depresi respirasi: gangguan pernapasan yang ditandai dengan pernapasan lambat dan tidak efektif

*edema: pembengkakan akibat cairan terperangkap 

*kategori FDA untuk menentukan keamanan obat dalam kehamilan

 

Nah, Umeds Student, itu dia penjelasan mengenai 3 golongan obat analgesik. Pastikan kamu sudah lebih paham terkait penggunaan masing-masing obat analgesik.

UMEDS Student bisa belajar lebih lengkap dan detail hanya di UMEDS Private Class melalui link berikut : https://umeds.id/mulai-berlangganan

Informasi lebih lanjut dapat menghubungi kontak dibawah ini :

Mindy 1 (+628112922274
Mindy 2 (+628112922275)

 

Referensi

  1. Grzegorz W. Przybyła, Konrad A. Szychowski JG. Paracetamol – An old drug with new mechanisms of action. Clin Exp Pharmacol Physiol. 2021;48(1):3–19.
  2. P. Freddy Wilmana. ANALGESIK . ANTIPIRETIK ANALGESIK ANTI-INFLAMASI NONSTEROID DAN OBAT PIRAI. In: Farmakologi dan Terapi. 2019. p. 207–22
  3. Dewoto HSOS dan HR. ANALGESIK OPIOID DAN ANTAGONIS. In: Farmakologi dan Terapi. 2019. p. 189–206
Customer Support umeds