Herpes? Inilah cara pemeriksaan yang tepat!

Gracia Remawati
Published on

   Virus herpes adalah virus DNA untai ganda yang termasuk dalam famili Herpesviridae dan terbagi menjadi tiga subkelas yaitu alfa, beta, dan gamma. Infeksi virus herpes umumnya menimbulkan gejala berupa lepuhan atau ruam pada kulit.1

   Penderita yang telah terinfeksi herpes, masih memiliki virus dalam bentuk laten (tersembunyi) atau inaktif selama bertahun-tahun sehingga dapat menimbulkan kekambuhan. Beberapa faktor yang dapat merangsang terjadinya kekambuhan yaitu demam, trauma, stress, dan status imun yang menurun. Kasus herpes yang paling sering ditemukan yaitu infeksi virus herpes alfa yang terdiri dari Herpes simplex virus (HSV) dan Varicella zoster virus (VZV, HHV-5).1

1. Herpes simplex virus (HSV)

    Golongan HSV terdiri dari dua jenis yaitu tipe 1, infeksi di area kulit wajah (bibir, lubang hidung) dan tipe 2, infeksi area genital (alat kelamin). Infeksi HSV-1 atau yang biasa disebut herpes simplex labial ditandai dengan munculnya beberapa lepuhan yang berisi cairan bening dan menyebabkan rasa sakit di sekitar gusi, bibir, lidah, langit-langit mulut atau pipi bagian dalam. Infeksi HSV-1 dan HSV-2 (herpes genitalis) biasanya menyebar melalui kontak seksual dan kontak fisik.2

Gambar 1. Herpes simplex labial atau herpes labialis3

    Infeksi HSV sebagian besar tidak menunjukkan gejala, tetapi dapat berupa luka terbuka (ulkus) disertai rasa sakit. Gejala yang biasa terjadi, antara lain demam, sakit kepala, nyeri ringan, rasa terbakar, gatal, dan pembengkakan kelenjar limfe. HSV jarang menimbulkan komplikasi yang berat, tetapi komplikasi yang mungkin terjadi adalah herpes simpleks ensefalitis.1

2. Varicella zoster virus (VZV)

  Cacar air (chickenpox) adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh VZV yang ditandai dengan adanya bercak di kulit berupa titik kemerahan. Sementara itu, reaktivasi virus laten dari VZV dapat menyebabkan herpes zoster atau dikenal juga sebagai cacar ular dan shingles. Herpes zoster sering terjadi pada pasien usia >50 tahun dengan kondisi penurunan imun. Infeksi ditandai dengan adanya vesikula bergerombol yang menyebar sesuai jalur persarafan disertai rasa nyeri.1

  Penyakit herpes zoster memiliki gejala, seperti demam, malaise, anoreksia, nyeri ringan, pembengkakan kelenjar limfe, dan erupsi kulit dari vesikel yang bergerombol. Penyakit ini dapat menyebabkan komplikasi neurologis, okular, vaskulopati, dan stroke.4

 

Gambar 2. Herpes zoster; (A) pada kulit4, (B) pada langit-langit mulut5

Perbedaan herpes simpleks dan herpes zoster bisa dicek melalui tabel berikut.1,2

 

Herpes simpleks

Herpes zoster

Agen penyebab

Herpes simplex virus (HSV)

Varicella zoster virus (VZV)

 

Lokasi infeksi

HSV-1 area wajah (paling sering di sekitar bibir)

HSV-2 area di genital

Satu sisi tubuh atau wajah, mengikuti jalur persarafan

 

Gejala

Ruam dan lepuhan di bibir atau genital

Ruam dan lepuhan bergerombol dan menyebar di bagian tubuh (bukan area genital)

Penularan

Kontak fisik dan seksual

Kontak fisik

    Diagnosis penyakit herpes utamanya dapat ditegakkan dengan anamnesis dan pemeriksaan fisik. Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan untuk membantu menegakkan diagnosis bila gejala klinis meragukan, antara lain:

1. Tes Tzanck

     Prosedur sitologi yang dilakukan dengan scraping (mengerok) sampai ke dasar lesi (Tzanck smears) kemudian dilakukan pewarnaan menggunakan Giemsa, methylene blue, atau toluidine blue. Hasil positif menunjukkan adanya multinucleated giant cells dengan menggunakan mikroskop cahaya. Metode ini sederhana, murah, dan dapat digunakan untuk berbagai spesimen klinis. Namun, tes tzanck hanya memiliki sensitivitas 84% dan tidak dapat membedakan antara HSV dan VZV.6,7

 Gambar 3. Multinucleated giant cells (tanda panah hitam)7

2. Tes Polymerase Chain Reaction (PCR)

    Metode PCR memiliki sensitivitas sebesar 100% dan presisi yang tinggi sehingga menjadi prosedur standar yang sering digunakan untuk mendeteksi virus herpes. Metode ini mampu mendeteksi DNA dan jenis virus yang menginfeksi melalui ekstraksi hasil swab dan uji laboratorium. Hasil studi memaparkan bahwa metode PCR lebih efektif dibandingkan kultur virus dengan sensitivitas 50% dan spesifisitas 100%.6,7

   Selain kedua metode tersebut, pemeriksaan penunjang lain yang dapat dilakukan, yaitu direct fluorescent antibody (DFA), kultur virus, tes serologis, dan sebagainya.3-4  Keakuratan pemeriksaan penunjang untuk mendeteksi infeksi HSV tergantung pada tahap infeksi saat sampel dikumpulkan, kualitas spesimen, jenis tes yang dilakukan, keakuratan metode, dan interpretasi tes oleh klinisi.6

Penatalaksanaan herpes yang efektif

  Penatalaksanaan herpes seperti peresepan acyclovir, valacyclovir dan famsiklovir paling efektif digunakan untuk infeksi herpes. Obat antiviral tersebut membantu mengurangi keparahan dan frekuensi gejala tetapi tidak dapat menyembuhkan infeksi. Penanganan yang tepat dapat mencegah timbulnya komplikasi yang berat. 2

Diagnosis banding herpes

   Hand foot and mouth disease (HFMD) sering menjadi diagnosis banding untuk infeksi HSV berupa ulser yang luas tetapi umumnya tidak terlokalisasi. Sementara itu, pemphigus vulgaris dan mucous membrane pemphigoid sering menjadi pembanding untuk mendiagnosis infeksi VZV.1

 

Umma Buddies dapat mempelajari lebih detail tentang Virus Herpes, pemeriksaannya, serta ilmu lainnya di kelas Private Ummacademy. Informasi lebih lanjut, hubungi:

Mindy 1 (081 129 222 74) atau Mindy 2 (081 129 222 75)

 

Cek informasi lengkapnya melalui referensi berikut:

  1. Glick M, Martin SG, Peter BL, Stephen JC. Burket's Oral Medicine 13th edition. PMPH USA; 2021.
  2. Crimi S, Fiorillo L, Bianchi A, D’Amico C, Amoroso G, Gorassini F, Mastroieni R, Marino S, Scoglio C, Catalano F, Campagna P. Herpes Virus, Oral Clinical Signs and QoL: Systematic Review of Recent Data. Viruses. 2019 May;11(5):463.
  3. Scully C. Oral and Maxillofacial Medicine: the Basis of Diagnosis and Treatment. 3rd edition. Elsevier Health Sciences; 2013.
  4. Carter ML. Cancer and Herpes Zoster Risk: New Data. 2019. https://www.medpagetoday.com/resource-centers/advances-against-herpes-zoster/cancer-and-herpes-zoster-risk-new-data/2397
  5. Bruch JM, Treister NS. Clinical Oral Medicine and Pathology. 2nd edition. Humana Press; 2017.
  6. Gross GE, Eisert L, Doerr HW, Fickenscher H, Knuf M, Maier P, Maschke M, Müller R, Pleyer U, Schäfer M, Sunderkötter C. S2K Guidelines for the Diagnosis and Treatment of Herpes Zoster and Postherpetic Neuralgia. JDDG: Journal der Deutschen Dermatologischen Gesellschaft. 2020 Jan;18(1):55-78.
  7. Nath P, Kabir MA, Doust SK, Ray A. Diagnosis of Herpes Simplex Virus: Laboratory and Point-of-Care Techniques. Infectious Disease Reports. 2021 Jun;13(2):518-39.
Customer Support umeds