Butterfly Effect Gigi Molar 3: Awalnya Impaksi Kemudian menjadi Ameloblastoma, Dokter Gigi Harus Gimana ?

Muhammad Rayhan Mulyaharja
Published on


Gambar 2. Ameloblastoma mandibula (Sumber: https://atlasgeneticsoncology.org/solid-tumor/5945/head-and-neck-odontogenic-tumor-ameloblastoma)

Ameloblastoma mandibula (Sumber:https://atlasgeneticsoncology.org/solid-tumor/5945/head-and-neck-odontogenic-tumor-ameloblastoma) . 

 

Studi yang dilakukan Vigneswaran AT dan Shilpa S pada 70 kasus pasien dengan impaksi gigi molar 3 rahang bawah menunjukkan 61,4% kasus dilaporkan sebagai kista dan tumor dengan insidensi ameloblastoma sebesar 15,7%.1 Apa hubungannya ya ?

 

Impaksi gigi adalah gagalnya erupsi gigi ke dalam lengkung gigi dalam rentang waktu yang diharapkan. Umumnya gigi molar 3 adalah yang gigi yang paling sering mengalami impaksi karena merupakan gigi terakhir yang erupsi sehingga kemungkinan besar tidak memiliki  cukup ruang pada lengkung gigi.2

Jika gigi impaksi dibiarkan di tempatnya sampai masalah muncul, pasien mungkin mengalami peningkatan insiden morbiditas jaringan lokal, kehilangan atau kerusakan pada gigi dan tulang yang berdekatan, dan potensi cedera pada struktur vital yang berdekatan. Gigi molar 3 yang segera diberi tindakan akan mencegah dari berbagai macam efek yang tidak diinginkan seperti karies, perikoronitis, bahkan kista dan tumor odontogenik. Salah satu tumor odontogenik yang umum akibat impaksi gigi molar 3 adalah adalah ameloblastoma.2

Lalu, kok bisa ya impaksi gigi molar 3 menyebabkan dampak yang besar seperti ameloblastoma ? Kapan sebaiknya dilakukan tindakan ? Yuk kita bahas secara lengkap hubungan keduanya.

 

Bagaimana Impaksi gigi molar 3 bisa menyebabkan terjadinya ameloblastoma ?

Ilustrasi ameloblastoma (Sumber: https://www.dictio.id/t/apa-yang-dimaksud-dengan-ameloblastoma/4816)

Ketika gigi impaksi tertahan sepenuhnya di dalam prosesus alveolaris, maka follicular sac juga akan ikut tertahan. Meskipun pada kebanyakan pasien folikel gigi (dental follicle) tetap mempertahankan ukuran aslinya,  folikel gigi bisa mengalami degenerasi kistik dan akhirnya menjadi kista dentigerous atau keratocyst. 2

Ameloblastoma adalah tumor odontogenik jinak yang umumnya terdapat pada tulang rahang. Tumor jenis ini berasal dari sisa epitel benih gigi, epitel kista odontogenik berlapis epitel skuamosa dan epitel organ email. Tumor odontogenik seperti ameloblastoma juga dapat muncul dari epitel yang terdapat di dalam folikel gigi dengan cara yang sama seperti kista odontogenik yang muncul disekitar gigi impaksi.2,3

Sejak 1925, banyak yang melaporkan perkembangan ameloblastoma di dalam dinding kista odontogenik, diantaranya yang paling sering dikutip adalah kista dentigerous. Trasnformasi neoplastik kista dentigerous menjadi ameloblastoma telah terbukti berhubungan dengan ekspresi CD10 dan osteopontin.4

Faktor-faktor penyebab transformasi neoplastik kista dentigerous menjadi ameloblastoma adalah:4

  1. Faktor Iritasi non-spesifik:
    1. Pasca ekstraksi
    2. Trauma
    3. Infeksi
    4. Inflamasi
    5. Gigi yang tidak erupsi
  2. Faktor lainnya
    1. Defisiensi nutrisi
    2. Infeksi virus



Kapan sebaiknya dilakukan tindakan ?

Pencabutan gigi molar 3 disarankan saat gigi tersebut belum erupsi sepenuhnya. Namun beberapa ahli percaya bahwa lebih baik mencabut gigi molar 3 pada usia yang lebih muda, yaitu dimana sebelum akar dan tulang sepenuhnya terbentuk serta saat pemulihan umumnya lebih cepat setelah operasi.5

Menurut American Dental Association, pencabutan gigi molar 3 mungkin diperlukan jika terjadi perubahan pada area gigi tersebut, seperti:5

  1. Rasa sakit
  2. Infeksi berulang pada jaringan lunak di belakang gigi
  3. Kista
  4. Tumor
  5. Kerusakan pada gigi terdekat
  6. Penyakit gusi
  7. Tooth decay yang luas

 

Tatalaksana impaksi molar 3 yang paling sering dilakukan ialah odontektomi, yaitu pengangkatan gigi impaksi dengan pembedahan. Odontektomi dengan anestesi lokal, dapat dilakukan pada pasien yang kooperatif, dan cukup rawat jalan. Pada pasien dengan tingkat ansietas tinggi, diberikan anestesi lokal ditambah sedasi sadar, atau dengan anestesi umum. Anestesi umum khususnya diberikan pada kasus impaksi yang sangat sulit, atau pada pasien yang tidak kooperatif, seperti penderita gangguan mental. Pasien harus dirawat inap dan diberikan premedikasi seperlunya pada pra-bedah dan saat pemulihan pasca bedah.6

 Prosedur odontektomi. (Sumber: https://images.app.goo.gl/3wrjfci8FkZQnB85A)

Namun apabila sudah terbentuk ameloblastoma, maka tindakan yang dapat dilakukan adalah:7,8,9,10,11

    1. Kuretase sederhana. Menurut Neville BW et al, kuretase sederhana memiliki tingkat kekambuhan sebesar 90%.
    2. Reseksi radikal. Menurut Kreppel M dan Zöller J, pengobatan standar untuk ameloblastoma saat ini adalah reseksi radikal dengan margin reseksi 1 cm. Tingkat kekambuhan berkisar dari 0 hingga 15%.
    3. Enukleasi. Memiliki tingkat rekurensi sebesar 55% dan dianggap dapat dilakukan  pada ameloblastoma unikistik dengan pola pertumbuhan luminal.
    4. Marsupialisasi. Merupakan salah satu tindakan bedah konservatif yang tampaknya lebih efektif dilakukan pada pasien muda, terutama pada dekade kedua kehidupan.
    5. Operasi rekonstruksi. Tindakan seperti mandibulektomi segmental, yang seringkali digunakan untuk reseksi tumor memiliki dampak buruk pada kualitas hidup pasien baik secara estetika maupun fungsi. Operasi rekonstruksi dilakukan sebagai upaya meminimalkan efek terapiTulang autogenous dianggap sebagai gold standard dalam operasi rekonstruksi karena kelebihannya berupa osteogenesis dan osteoinduksi. Bagian tubuh yang paling populer digunakan untuk pencangkokan tulang adalah tulang fibula karena pedikelnya yang panjang, kemudahan pembentukan, dan kesesuaian dengan lokasi resipien.

 

Lalu, bagaimana peran dokter gigi apabila bertemu kasus ameloblastoma akibat impaksi gigi molar 3 ?

Ilustrasi konsultasi dokter gigi. (Sumber: https://images.app.goo.gl/UMmCVH4Yr9hYN7ww6)

 

Tindakan pencabutan atau odontektomi masih merupakan kompetensi standar dari dokter gigi umum.12

Namun apabila bertemu kasus seperti ameloblastoma, maka kita sebagai dokter gigi umum dapat melakukan hal berikut ini:13

  1. Menjelaskan diagnosis dengan tenang kepada pasien dan juga pendamping pasien apabila bersama pasien.
  2. Pastikan pasien paham akan penjelasan dari dokter gigi
  3. Menenangkan pasien dan pendamping pasien tentang diagnosis yang baru saja diterima
  4. Menjelaskan cakupan jaminan kesehatan untuk pengobatan ameloblastoma dan prosedurnya.
  5. Mendampingi pasien selama proses rujukan
  6. Memfasilitasi konsultasi selama proses pengobatan
  7. Merujuk pasien ke spesialis bedah mulut
  8. Pendampingan selama pengobatan mengenai sistem pelayanan kesehatan BPJS yang mungkin membutuhkan waktu lama. 



Mau tahu lebih banyak tentang teknik pencabutan gigi molar 3 ? Yuk, Pelajari lebih lanjut  di Private Class Ummacademy ya!

Daftar di sini: https://ummacademy.com/private_class

 

Daftar Pustaka

  1. Vigneswaran AT, Shilpa S. The incidence of cysts and tumors associated with impacted third molars. J Pharm Bioallied Sci [Internet]. 2015;7(Suppl 1):S251-4. Available from: http://dx.doi.org/10.4103/0975-7406.155940
  2. Hupp J. Contemporary Oral and Maxillofacial Surgery. 6th ed. St. Louis, MO: Mosby; 2013.
  3. Masthan KMK, Anitha N, Krupaa J, Manikkam S. Ameloblastoma. J Pharm Bioallied Sci [Internet]. 2015;7(Suppl 1):S167-70. Available from: http://dx.doi.org/10.4103/0975-7406.155891
  4. Hasiholan ES.  Potensi Transformasi Neoplastik Kista Dentigerous Menjadi Ameloblastoma Berdasarkan Pengamatan Ekspresi Penanda Biologis Secara Imunohistokimia (Narrative Review) [thesis]. Surabaya: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Airlangga; 2020.
  5. Salinas TJ. Wisdom teeth removal: When is it necessary? [Internet]. Mayo Clinic. 2016 [cited 2022 May 14]. Available from: https://www.mayoclinic.org/diseases-conditions/wisdom-teeth/expert-answers/wisdom-teeth-removal/faq-20058558
  6. Rahayu S. Odontektomi, tatalaksana gigi bungsu impaksi. E-journal Widya Kesehatan dan Lingkungan. 2014;1(2):81-89.
  7. Neville BW, Damm DD, Allen CM, Chi AC. Color atlas of oral and maxillofacial diseases. Philadelphia, PA: Elsevier - Health Sciences Division; 2018.
  8. Kreppel M, Zöller J. Ameloblastoma-Clinical, radiological, and therapeutic findings. Oral Dis [Internet]. 2018;24(1–2):63–6. Available from: http://dx.doi.org/10.1111/odi.12702
  9. McClary AC, West RB, McClary AC, Pollack JR, Fischbein NJ, Holsinger CF, et al. Ameloblastoma: a clinical review and trends in management. Eur Arch Otorhinolaryngol [Internet]. 2016;273(7):1649–61. Available from: http://dx.doi.org/10.1007/s00405-015-3631-8
  10. Kim J, Nam E, Yoon S. Conservative management (marsupialization) of unicystic ameloblastoma: literature review and a case report. Maxillofac Plast Reconstr Surg [Internet]. 2017;39(1):38. Available from: http://dx.doi.org/10.1186/s40902-017-0134-0
  11. Swari RP, Badeges A, Julia V. Mandibulektomi segmental dengan rekonstruksi cangkok tulang fibula non-vaskularisasi pada pasien ameloblastoma tipe folikuler. J Kedokt Gigi Univ Padjadjaran [Internet]. 2021;32(3):143. Available from: http://dx.doi.org/10.24198/jkg.v32i3.31485
  12. Konsil Kedokteran Indonesia. Standar kompetensi dokter gigi. 2006.
  13. Anggraini LD. Dentist’s role in assisting pediatric patient with ameloblastoma. 2019 [cited 2022 May 14]; Available from: http://repository.umy.ac.id/handle/123456789/32867





Customer Support umeds