Penerapan Farmasetika di Kedokteran Gigi

Penerapan farmasetika dalam kedokteran gigi melibatkan penggunaan prinsip-prinsip formulasi obat dan pemilihan sediaan farmasi yang sesuai untuk merawat kondisi oral pasien. Hal ini termasuk perhitungan dosis yang tepat, pemilihan obat yang efektif, dan pemahaman terhadap karakteristik sediaan obat agar memberikan hasil perawatan yang optimal dan aman di bidang kedokteran gigi.

Pemilihan Sediaan

Dosis yang Tepat

Nilai clearance dapat digunakan untuk merencanakan dosis rejimen yang tepat. Idealnya, dalam terapi obat, konsentrasi plasma yang stabil (steady‐state) diperlukan dalam rentang terapeutik yang diketahui. Keadaan steady akan dicapai bila laju obat memasuki sirkulasi sistemik (laju dosis) sama dengan laju eliminasi.

Penggunaan Obat Topikal.

Obat topikal: Obat yang dioleskan ke kulit atau membran mukosa di berbagai tempat untuk tindakan lokal.

Penggunaan obat topikal di rongga mulut dapat ditemukan dalam berbagai bentuk:

  • Suspensi, mis. nistatin
  • Troche, mis. klotrimazol (untuk kandidiasis oral)
  • Krim, mis. asiklovir (untuk herpes labialis)
  • Salep dan  jelly, mis. 5% lignokain hidroklorida (untuk anestesi topikal)
  • Semprotan (spray), mis. 10% lignokain hidroklorida (untuk anestesi topikal)

Penggunaan Anestesi Lokal

Anestesi lokal (LA) adalah obat yang, ketika dioleskan atau disuntikkan secara lokal, dapat memblokir konduksi saraf dan menyebabkan hilangnya semua sensasi yang reversible pada bagian yang disuplai oleh saraf. 
Klasifikasi:

Kepatuhan Pengobatan

Kepatuhan adalah sejauh mana pasien mengikuti instruksi pengobatan. Ada 4 jenis ketidakpatuhan yang menyebabkan kesalahan pengobatan:

  1. Pasien gagal mendapatkan obat.
  2. Pasien gagal meminum obat sesuai resep.
  3. Pasien menghentikan pengobatan sebelum waktunya. 
  4. Pasien (atau orang lain) minum obat secara tidak tepat. 

Strategi untuk meningkatkan kepatuhan meliputi peningkatan komunikasi antara pasien dan tenaga kesehatan, penilaian kondisi pribadi, sosial, dan ekonomi (sering tercermin dalam gaya hidup pasien); pengembangan rutinitas minum obat (misalnya, pada waktu makan jika pasien makan teratur); penyediaan sistem untuk membantu minum obat (yaitu, wadah yang memisahkan dosis obat berdasarkan hari dalam seminggu, atau jam alarm obat yang mengingatkan pasien untuk minum obat).

Referensi

  1. Katzung BG. Basic & Clinical Pharmacology. 12th ed. New York: McGraw-Hill Medical; 2012.
  2. Shanbhag TV, Shenoy S, Nayak V. Pharmacology for Dentistry. 2nd ed. New Delhi: Elsevier; 2014
Customer Support umeds