Parafimosis adalah kondisi kegawatdaruratan di bidang urologi dimana kulit preputium yang diretraksi dari glans penis, tidak bisa dikembalikan ke posisi normal untuk menutup glans penis. Prepusium terjebak di belakang sulkus koronarius sehingga akan menyebabkan lilitan berupa cincin konstriksi yang berada pada glans penis. Apabila tidak segera ditangani, parafimosis ini dapat mengakibatkan komplikasi yang parah hingga nekrosis penis.
Parafimosis dapat disebabkan oleh kejadian iatrogenik yang bisa didasari oleh kelainan yang didapat pada preputium maupun tidak. Penyebab iatrogenik dapat disebabkan karena penarikan kulit preputium pada anak-anak namun penarikan kulit ini tidak dapat dikembalikan kembali seperti posisi semula. Pada laki-laki usia remaja dan dewasa, kateterisasi, higiene buruk, fimosis, dan tindikan pada penis merupakan penyebab tersering. Selain itu, keadaan yang mengganggu struktur normal dari preputium seperti jaringan parut karena luka bakar atau inflamasi dapat menyebabkan parafimosis.
Prepusium yang diretraksi ke arah sulkus koronarius penis dan tidak dapat dikembalikan ke posisi semula akan membentuk cincin konstriksi yang ketat dan kuat di sekeliling glans penis. Cincin konstriksi ini akan mengakibatkan kongesti vena yang mengakibatkan edema glans penis dan preputium dan akhirnya menyebabkan pembesaran kedua bagian tersebut. Edema preputium akan bertambah terus menerus apabila tidak segera ditatalaksana, sehingga dapat membuat reduksi menjadi lebih sulit. Selanjutnya dapat terjadi oklusi arteri yang akan berlanjut menjadi nekrosis dan gangren glans penis.
Diagnosis parafimosis ditegakkan dengan melakukan anamnesis dan pemeriksaan fisik. Pemeriksaan penunjang tidak diperlukan untuk mendiagnosis parafimosis karena parafimosis merupakan suatu penyakit dengan label kegawatdaruratan dimana diperlukan waktu yang cepat dalam melakukan diagnosis dan tatalaksananya.
Keluhan utama yang dapat ditemukan pada pasien dengan parafimosis adalah : nyeri pada penis. Dari anamnesis bisa didapatkan riwayat etiologi yang menyebabkan parafimosis, seperti orang tua yang mencoba untuk menarik preputium anak untuk dibersihkan. Keadaan dari anak mungkin akan menangis karena merasakan nyeri yang berasal dari cincin konstriksi pada glans penis.
Parafimosis merupakan kelainan yang memerlukan tatalaksana segera. Tujuan utama tatalaksana parafimosis adalah untuk mengurangi edema penis karena cincin konstriksi yang terbentuk sehingga kulit preputium dapat dikembalikan ke posisi semula menutupi glans penis. Prinsip penatalaksanaan dari parafimosis adalah melakukan tindakan non-invasif terlebih dahulu lalu apabila tidak terjadi perbaikan baru dilakukan tindakan invasif.
Teknik ini merupakan kombinasi antara kompresi dan dingin untuk mengurangi edema penis. Prosedur kompres es selama 5 menit sebelum dilakukan reduksi manual atau menggunakan agen osmotik seperti gula pasir atau cairan dekstrosa 50%, dapat juga digunakan. Agen osmotik ini bekerja mengurangi edema jaringan dengan menaikkan gradien konsentrasi cairan terlarut yang menarik cairan dari prepusium yang edema.
Namun, kekurangan teknik ini adalah dibutuhkan waktu cukup lama sekitar 1-2 jam. Selain itu, penggunaan hialuronidase juga bermanfaat mereduksi edema, namun diperlukan tindakan invasif berupa injeksi substansi ke prepusium yang edema. Sebanyak 1 ml hialuronidase disuntikkan dengan syringe tuberculin. Hialuronidase bekerja dengan mendegradasi asam hialuronik dan meningkatkan difusi cairan yang terperangkap di jaringan untuk mengurangi edema preputium. Injeksi ini akan mengakibatkan cairan ekstrasel tersebar dan meningkatkan difusi cairan sehingga edema berkurang.
Aspirasi adalah sebuah metode menggunakan torniket dipasang di batang penis, kemudian jarum ukuran 20G ditusukkan sejajar uretra untuk aspirasi 3-12 mL darah dari glans. Prosedur ini mengurangi volume glans yang edema, sehingga memungkinkan reduksi manual dilakukan. Kekurangan prosedur ini adalah tindakan ini merupakan tindakan yang invasif dan juga dapat membuat pasien tidak nyaman.
Apabila non-invasif reduksi manual gagal, harus dibantu dengan insisi pada cincin konstriksi dengan anestesi lokal. Sirkumsisi sulit dilakukan dalam keadaan akut karena edema dan terdapat risiko infeksi. Tindakan ini dilakukan dengan insisi longitudinal sepanjang 1-2 cm di bagian dorsal kulit prepusium dilanjutkan dengan penjahitan. Jahitan lalu selanjutnya akan dilepaskan setelah luka membaik.
Sirkumsisi merupakan indikasi pada kasus parafimosis, baik sebagai penatalaksanaan lini pertama maupun lanjutan setelah reduksi manual. Sirkumsisi direkomendasikan dilakukan dengan anestesi umum dengan tambahan blok penis atau blok kaudal. Langkah pertama adalah penarikan prepusium kemudian pembersihan perlengketan dan smegma. Setelah itu, prepusium dikembalikan dan rencana insisi digambar. Komplikasi yang dapat terjadi akibat tindakan sirkumsisi adalah perdarahan, infeksi, cedera glans, dan cedera uretra.
Komplikasi tersering reduksi manual parafimosis adalah robekan cincin preputium. Robekan terjadi karena tarikan atau tindakan kompresi yang dilakukan secara paksa. Komplikasi ini dapat dicegah dengan mengurangi edema terlebih dahulu dengan cara pemijatan pada bagian yang edema sebelum tindakan reduksi manual. Robekan cincin preputium ini juga dapat menyebabkan terbentuknya jaringan parut dan fimosis rekuren.
Komplikasi yang paling parah akibat terlambatnya penanganan parafimosis adalah nekrosis glans penis. Apabila telah nekrosis, bagian yang mengalami harus diamputasi dan dilakukan rekonstruksi jaringan.