Kortikosteroid

-

Glukokortikoid

  • Efek Baik Glukokortikoid
    • Efek Anti Inflamasi & Efek Imunosupresif
      • Glukokortikoid menekan respon inflamasi
      • Aksinya nonspesifik, karena reaksi inflamasi tidak dikontrol oleh kortikosteroid  Glukokortikoid berperan dalam mereduksi peningkatan permeabilitas kapiler, eksudasi  lokal, infiltrasi selular, dan aktivitas fagositik
      • Aksi anti inflamasi dan imunosupresi dari saling berkaitan karena keduanya menghambat  fungsi spesifik dari leukosit
      • Glukokortikoid menurunkan limfosit, monosit, eosinofil, dan basofil, namun meningkatkan  eosinofil dalam darah
    • Efek pada Alergi
      • Kortisol memblok respon inflamasi pada reaksi alergi sama seperti memblok respon  inflamasi pada kasus lainnya
      • Sebagai bagian dari respon inflamasi, limfosit yang sebelumnya tersenitisasi pda  pertemuan agen sensitisasi, memproduksi faktor yang soluble yaitu limfokin,  glukokortikoid menekan produksi IL-1 oleh monosit, dan IL-2 oleh limfosit. Juga  menekan limfokin lain sepeerti TNF (tumor necrotic factor)
      • Kortisol menekan temperatur karena efek penekanannya pada IL-1 yang merupakan  faktor utama yang berpengaruh terhadap sistem kontrol temperatur hipotalamik.
      • Penurunan temperatur akan menurunkan tingkat vasodilatasi
    • Efek Glukokortikoid pada Sel
      • Makrofag : menurunkan sintesis dan pelepasan sitokin
      • Neutrofil : stabilisasi membran lisosom, mencegah pelepasan enzim katabolik
      • Sel Mast : menghambat pelepasan histamin, prostaglandin, dan leukotriene serta meningkatkan transkripsi annexin-1
      • Sel T : menurunkan pelepasan dan sintesis sitokin
      • Eosinofil : menghambat pelepasan histamin, prostaglandin, leukotriene serta meningkatkan transkripsi annexin-1
    • Efek Buruk Jangka Panjang
      • Cushing's syndrome 
      • Osteoporosis 
      • Retardation of growth 
      • Thinning of skin 
      • Immunosuppression 
      • Cataracts + glaucoma 
      • Oedema
      • Suppression of HPAxis 
      • Teratogenic
      • Emotional disturbances 
      • Raised blood pressure 
      • Obesity
      • Increased body hair growth 
      • Diabetes mellitus
      • Striae (red/purple strecth  marks)
    • Exogenous Glocorticoid
      • Aksi Pendek
        • Cortisone : 5-12 jam
        • Hydrocortisone : durasi 5-12 jam
      • Aksi Intermediate
        • Prednisone : durasi 12-36 jam
        • Prednisolone : durasi 12-36 jam
        • Methylprednisolone : durasi 12-36 jam
        • Triamcinolone : durasi aksi 12-45 jam 
      • Aksi Panjang
        • Betamethasone : durasi aksi 24-72 jam
        • Dexamethasone : durasi aksi 24-72 jam

 

Precaution

  • Sebelum pemberian terapi
    • Anamnesis dan pemeriksaan mengenai riwayat penyakit pasien seperti : diabetes mellitus, tuberkulosis, cushing syndrome, herpes zoster, osteoporosis, dan infeksi lainnya
  • Selama pemberian terapi
    • resepkan obat dengan makanan
    • cek berkala: kenaikan BB, edema, hiperglikemia, hipertensi, infeksi, perdarahan GI,  hipokalemia, dan perubahan okular
    • memeriksa pertumbuhan pada pasien anak
    • menginstruksikan pasien untuk tidak berhenti mengonsumsi obat secara tiba-tiba  meresepkan suplemen kalsium dan vitamin D
    • Saat terapi akan distop: taper therapy (menurunkan dosis secara berkala)

 

Indikasi

  • Bedah Mulut
    • Fungsi Kortikosteroid
      • Untuk membatasi inflamasi post-operasi
      • Untuk mencegah edema postoperative → high dose; short term steroid
      • Pada prosedur bedah mayor, fungsi utama steroid  adalah untuk mengurangi edema, trismus, nyeri
      • Digunakan pada prosedur odontektomi M3, bedah rekonstruksi, bedah preprostetik, dan bedah ortognatik
    • Odontektomi M3
      • 0.6 mg betamethasone tablet pada sore/malam sebelum operasi
      • 0.6 mg betamethasone pada pagi di hari operasi
      • 6 mg betamethasone IM pada saat operasi, atau
      • kombinasi ibuprofen dan methylprednisolone (analgesik + antiinflamasi)
      • 32 mg methylprednisolone (12 jam sebelum dan sesudah operasi)
      • 400 mg ibuprofen (3x1), pada hari operasi
    • Bedah Preprostetik
      • 4 mg dexamethasone pada malam hari sebelum operasi
      • 4 mg dexamethasone (2x1), pada hari operasi
      • 2 mg dexamethasone (2x1), H+1 operasi
      • 1 mg dexamethasone (2x1), H+2, H+3 operasi
    • Terapi Tambahan
      • steroid topikal untuk mencegah ulserasi dan luka pada bibir/sudut mulut karena retraksi  yang dilakukan pada operasi
      • fluocinolone acetonide 0.025% atau campuran hydrocortisone 1% + dexpanthenol
  • Oral Lichen Planus
    • Steroid topikal
      • hidrokortison 1% (tidak lebih dari 7 hari) /
      • triamcinolone acetonide 0.1% (3x1) maksimal 1 bulan /
      • fluocinolone acetonide 0.025% (3x1) selama 2 bulan (tapering)
    • Kombinasi (sistemik + topikal) pada kasus parah/tidak membaik
      • prednisone 10 mg (3x1) selama 2 minggu → 10 mg (2x1) selama 1 minggu → 10 mg (1x1) selama 1 minggu → 5 mg (1x1) selama 1  minggu → 5 mg (1x2) selama 3 hari.
      • triamcinolone acetonide 0.1% (3x1)
  • Erythema Multiforme
    • Pada kasus yang parah dapat diberikan steroid sistemik untuk meringankan gejala
    • Steroid sistemik: Prednison 40 mg/hari selama 3-4 hari secara  bertahap direduksi setelah 7-10 hari
  • Stomatitis Aftosa Rekuren
    • Steroid topikal : Triamcinolone acetonide 0.1% (2x1)
    • Pada kasus yang parah, injeksi steroid intralesi atau steroid sistemik  dosis rendah (10-20 mg Prednison) selama 4-8 hari
  • Pemphigus Vulgaris
    • Steroid sistemik dalam 3 fase:
      • Fase kontrol: 60-170 mg prednisone/hari. Jika tidak ada perubahan,  dosis digandakan. Jika membaik, dosis dikurangi bertahap.
      • Fase konsolidasi: Dosis prednison dikurangi secara bertahap dalam  beberapa minggu, dan dilakukan peralihan terapi dengan injeksi  triamcinolone acetonide
      • Fase maintanance: Dosis kortikosteroid diturunkan perlahan hingga  dihentikan dan dapat digantikan dengan obat imunosuppressive  (co/ azathioprine)

 

Referensi

  1. Cruz-Topete D., Cidlowski J.A. (2018) Glucocorticoids: Molecular Mechanisms of Action. In: Riccardi C., Levi-Schaffer F., Tiligada E. (eds) Immunopharmacology and Inflammation. Springer, Cham. https://doi.org/10.1007/978-3-319-77658-3_11
  2. Hahner, S., Ross, R.J., Arlt, W. et al. Adrenal insufficiency. Nat Rev Dis Primers 7, 19 (2021). https://doi.org/10.1038/s41572-021-00252-7
  3. Suniarti, D. F., Soekanto, S. A., & Arif, A. (2010). Farmakologi kedokteran gigi. Jakarta: Fakultas Kedokteran Universtas Indonesia.
  4. Gunawan, S. G., Setiabudy, R., & Nafrialdi, E. (2007). Farmakologi dan Terapi edisi 5. Jakarta: Departemen farmakologi dan terapeutik FKUI.
  5. Kallali, B., Singh, K., & Thaker, V. (2011). Corticosteroids in dentistry. Journal of Indian Academy of Oral Medicine and Radiology, 23(2), 128.
  6. Ongole, R. (2009). Text book of oral medicine, oral diagnosis and oral radiology. Elsevier India.
  7. Krishnan, K. (2018). Role of corticosteroids in oral and maxillofacial surgery. Journal of Pharmaceutical Sciences and Research, 10(1), 208- 210.
Customer Support umeds