Luka bakar

Luka bakar (combustio) adalah kehilangan jaringan yang disebabkan kontak dengan sumber panas seperti air, api, bahan kimia, listrik, dan radiasi.

Definisi

Luka bakar (combustio) adalah kehilangan jaringan yang disebabkan kontak dengan sumber panas seperti air, api, bahan kimia, listrik, dan radiasi. Suhu minimal untuk dapat menghasilkan luka bakar adalah sekitar 44°C dengan kontak sekurang-kurangnya 5-6 jam.

Etiologi

Sumber luka bakar harus ditentukan terlebih dahulu sebelum dilakukan evaluasi dan penanganan. Sumber luka bakar ini diantaranya: 

  • Paparan Api (Thermal Burn)
    • Percikan api (Flame)

Percikan api terjadi akibat kontak langsung antara jaringan dengan api, sehingga menyebabkan cedera langsung ke jaringan tersebut.

    • Benda Panas (Kontak) 

Cedera ini terjadi akibat kontak dengan benda panas. Luka bakar yang dihasilkan terbatas pada area tubuh yang .mengalami kontak.

    • Scald (Air Panas)

Pada kasus luka bakar karena air panas, luka melibatkan keseluruhan ekstremitas dalam pola sirkumferensial dengan garis yang menandai permukaan cairan.

  • Bahan Kimia (Chemical Burn) 

Luka bakar karena bahan kimia seperti berbagai macam zat asam, basa, dan bahan lainnya. Luka bakar karena bahan kimia ditentukan oleh konsentrasi zat kimia, lamanya kontak dan jumlah jaringan yang terpapar. Bahan yang mungkin mengakibatkan chemical burn ialah H2SO4.

  • Listrik (Electrical Burn)

Luka bakar listrik disebabkan oleh panas yang digerakan dari energi listrik yang dihantarkan melalui tubuh. Berat ringannya luka dipengaruhi oleh lamanya kontak, tingginya tegangan (voltage) dan cara gelombang elektrik itu sampai mengenai tubuh.

  • Radiasi (Radiasi Injury) 

Luka bakar radiasi disebabkan oleh terpapar sinar matahari atau terpapar sumber radioaktif untuk keperluan terapeutik dalam dunia kedokteran dan industry.

Klasifikasi

  • Klasifikasi berdasarkan mekanisme dan penyebabLuka Bakar Termal
    • Luka Bakar Termal

Luka bakar termal dapat disebabkan oleh cairan panas, kontak dengan benda padat panas seperti lilin atau rokok, kontak dengan zat kimia dan aliran listrik.

    • Luka Bakar Inhalasi 

Luka bakar inhalasi disebabkan oleh terhirupnya gas panas, cairan panas atau produk berbahaya dari proses pembakaran yang tidak sempurna. Luka bakar inhalasi perlu dicurigai apabila terdapat luka bakar pada area wajah korban.

  • Klasifikasi berdasarkan kedalaman

    • Luka bakar superfisial

Luka bakar superfisial adalah luka bakar yang dapat sembuh secara spontan dengan bantuan epitelisasi. Luka bakar superfisial dibagi dua yaitu luka bakar epidermal dan superficial dermal. 

      • Luka bakar epidermal yaitu luka bakar yang hanya terkena pada bagian epidermis pasien. Penyebab tersering luka bakar ini adalah sengatan matahari dan ledakan minor. Lapisan epidermis terbakar lalu mengalami proses penyembuhan dari regenerasi lapisan basal epidermis. Luka bakar ini akan menjadi hiperemis dan terasa nyeri kemudian akan sembuh dalam waktu cepat (7 hari), tanpa meninggalkan bekas luka kosmetik.
      • Luka bakar superficial dermal yaitu luka bakar yang terkena pada bagian epidermis dan bagian superfisial dermis (dermis papilar). Ciri khas dari tipe luka bakar ini adalah munculnya bula. Bula dapat pecah dan mengekspos lapisan dermis yang dapat meningkatkan kedalaman dari jaringan yang rusak pada luka bakar. Oleh karena saraf sensoris yang terekspos, luka bakar kedalaman ini biasanya sangat nyeri. Dapat sembuh secara spontan dengan bantuan epitelisasi dalam 14 hari yang meninggalkan defek warna luka yang berbeda dengan kulit yang tidak terkena.

    • Luka bakar mid-dermal

Luka bakar mid-dermal adalah luka bakar yang terletak diantara luka bakar superficial dermal dan deep dermal. Pada luka bakar mid-dermal jumlah sel epitel yang bertahan untuk proses re-epitelisasi sangat sedikit dikarenakan luka bakar yang agak dalam sehingga penyembuhan luka bakar secara spontan tidak selalu terjadi. Warna luka bakar pada kedalaman ini berwarna merah muda agak gelap, namun tidak segelap pada pasien luka bakar deep dermal. Sensasi juga berkurang, namun rasa nyeri tetap ada yeng menunjukkan adanya kerusakan saraf cutaneous.

    • Luka bakar deep 

Luka bakar kedalaman ini tidak dapat sembuh spontan dengan bantuan epitelisasi dan hanya dapat sembuh dalam waktu yang cukup lama dan meninggalkan bekas scar.

      • Luka bakar deep-dermal.

Luka bakar dengan kedalaman deep dermal biasanya memiliki bula. Bula berwarna blotchy red yang disebabkan karena ekstravasasi hemoglobin dari sel darah merah dari pembuluh darah yang ruptur. Ciri khas pada luka bakar kedalaman ini disebut dengan fenomena capillary blush. Pada kedalaman ini, ujung-ujung saraf pada kulit juga terpengaruh menyebabkan sensasi rasa nyeri menjadi hilang.

      • Luka bakar full thickness.

Luka bakar tipe ini merusak kedua lapisan kulit epidermis dan dermis dan bisa terjadi penetrasi ke struktur-struktur yang lebih dalam. Warna luka bakar ini biasanya berwarna putih dan waxy atau tampak seperti gosong. Saraf sensoris pada luka bakar full thickness sudah seluruhnya rusak menyebabkan hilangnya sensasi pinprick. Kumpulan kulit-kulit mati yang terkoagulasi pada luka bakar ini memiliki penampilan leathery, yang disebut scar. 

Patofisiologi

Panas yang mengenai tubuh tidak hanya mengakibatkan kerusakan lokal tetapi memiliki efek systemic. Perubahan ini khusus terjadi pada luka bakar dan umumnya tidak ditemui pada luka yang disebabkan oleh cedera lainnya. Karena efek panas terdapat perubahan systemic peningkatan permeabilitas kapiler. Hal ini menyebabkan plasma bocor keluar dari kapiler ke ruang interstitial. Peningkatan permeabilitas kapiler dan kebocoran plasma maksimal muncul dalam 8 jam pertama dan berlanjut sampai 48 jam. Setelah 48 jam permeabilitas kapiler kembali normal atau membentuk trombus yang menjadikan tidak adanya aliran sirkulasi darah. Hilangnya plasma merupakan penyebab hypovolemic shock pada penderita luka bakar. 

Jumlah kehilangan cairan tergantung pada luas luka bakar pada permukaan tubuh yang dihitung dengan aturan Rules of Nine pada orang dewasa dan Lund dan Browder grafik pada orang dewasa dan anak-anak. Orang dewasa dengan luka bakar lebih dari 15% dan pada anak-anak lebih dari 10% dapat terjadi hypovolemic shock jika resuscitation tidak memadai. 

Zona respon lokal diklasifikasikan menjadi beberapa, yaitu:

  • Zona Koagulasi 

Terdiri dari jaringan nekrosis yang membentuk eskar, yang .terbentuk dari koagulasi protein akibat cedera panas, berlokasi ditengah luka bakar, tempat yang langsung mengalami kerusakan dan kontak dengan panas. 

  • Zona Stasis 

Pada zona stasis biasanya terjadi kerusakan endotel pembuluh darah disertai kerusakan trombosit dan leukosit, sehingga terjadi gangguan perfusi diikuti perubahan permeabilitas kapiler dan respons inflamasi lokal, yang berisiko iskemia jaringan. 

  • Zona Hiperemis 

Terdapat pada daerah yang terdiri dari kulit normal dengan cedera sel yang ringan, ikut mengalami reaksi berupa vasodilation dan terjadi peningkatan aliran darah sebagai respons cedera luka bakar. Zona ini bisa mengalami penyembuhan spontan atau berubah menjadi zona statis. Luka bakar ini merusak perlindungan tubuh dari infeksi, sehingga korban luka bakar sangat rawan terjadi infeksi.

Tatalaksana

Luas luka bakar dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut : 

Sumber The Pharmaceutical Journal, PJ, 9/16 May 2015, Vol 294, No 7861/2;294(7861/2):DOI:10.1211/PJ.2015.20068363

Selanjutnya, setelah ditemukan luas dari luka bakar, dilakukan perhitungan kebutuhan cairan dengan rumus Baxter/Parkland yang termodifikasi.

Dewasa : 3-4 ml x kg berat badan x % TBSA  

Anak : 3-4 ml x kg berat badan x %TBSA + maintenance dengan D5½NS

(maintenance: 100 ml/kg sampai 10 kg + 50 ml/kg dari 11-20 kg + 20 ml/kg >20 kg) 

Setengah dari jumlah cairan diberikan pada 8 jam pertama dan setengah cairan sisanya diberikan dalam 18 jam selanjutnya. Cairan yang digunakan ialah cairan kristaloid (Hartman solution) seperti ringer laktat.

Selanjutnya, usai diberikan resusitasi cairan yang sesuai dengan kebutuhannya, perlu dilakukan monitoring dari kecukupan resusitasi dengan cara : 

  • Memasang urine catheter dan menghitung urin output tiap jam 18 jam
  • Cek EKG, nadi, tekanan darah, frekuensi nafas, saturasi oksigen, Analisa gas darah, ureum, creatinine, elektrolit, lactat, CK, CKMB  

Target dari resusitasi pada pasien luka bakar ialah : 

  • Tanda vital stabil: HR<140, MAP>60 
  • Urine output pada dewasa : 0,5-1 ml/kgBB/jam, khusus luka bakar listrik 2 ml/kgBB/jam 
  • Urine output pada anak : 1-2 ml/kgBB/jam dengan warna urin kuning jernih
  • Ditemukan akral hangat

CONTOH : 

Ny. Lylia (27 tahun) terkena ledakan dari gas LPG. Pada saat pemeriksaan ditemukan bahwa luka bakar terjadi pada punggung atas dan lengan kanan. TD 110/70mmHg, HR 100x/menit, RR= 24 x, TB 160 cm, BB: 50 Kg.  Berapa banyak kebutuhan cairan dari pasien?

JAWAB : 

Luas luka bakar = 9 % (lengkan kanan) + 9% (punggung atas) = 18%

Kebutuhan cairan = 4 x 50 kg x 18% = 3600 ml

Pemberian cairan dalam 8 jam pertama = ½ x 3600 ml= 1800 / 8 jam

Pemberian cairan dalam 16 jam kemudian = ½ x 3600 = 1800 ml/ 16 jam = 900 ml / 8 jam

 

Tatalaksana khusus pada pasien dengan luka bakar petir

  • Monitor EKG rutin harus dilakukan pada seluruh pasienluka bakar dengan riwayat trauma listrik (baik voltase tinggi atau rendah)
  • Apabila pasien memiliki riwayat penurunan kesadaran dan tanda iskemik pada EKG, maka pasien perlu dirawat lanjutan. Pada trauma listrik, konsentrasi Enzim Creatinine Kinase (CK) dan fraksi MB tidak bisa menjadi indikasi utama trauma pada kardiak.
  • Apabila terjadi disfungsi neurologis progresif, gangguan vaskular, tekanan kompartemen yang meningkat, perburukan klinis yang disebabkan nekrosis pada otot pada pasien dengan luka bakar listrik, dapat dilakukan dekompresi dan fasciotomi.

 

Indikasi rawat inap pada kasus luka bakar : 

Menurut American Burn Association,  seorang pasien diindikasikan untuk dirawat apabila : 

  • Luka bakar derajat III > 5 %
  • Luka bakar derajat II > 10%
  • Luka bakar derajat II atau III yang melibatkan area kritis, yakni tangan, kaki. genitalia) perineum, serta kulit di atas sendi utama
  • Luka bakar sirkumferensial di thoraks atau ekstremitas
  • Luka bakar signifikan akibat bahan kimia. listril, petir, adanya traumamayor lainnya) atau adanya kondisi medik signifikan yang telah ada sebelumnya
  • Adanya trauma inhalasi

 

Pemantauan yang perlu dilakukan pada pasien dengan luka bakar ialah : 

  • Lakukan pemantauan intake dan output setiap jam
  • Lakukan pemantauan gula darah, elektrolit Na, K, Cl, Hematokrit, albumi
  • Ulangi pemeriksaan edema, tekanan darah, jalan nafas dan volume tidal pernapasan
  • Lakukan pemeriksaan Urine Output (UO) harus dipertahankan dalam level 0.5-1.0 ml/kgBB/jam pada dewasa dan 1.0-1.5 ml/kgBB/jam pada anak untuk menjaga perfusi organ.
  • Lakukan pemeriksaan diagnosis laboratorium: Darah perifer lengkap, analisis gas darah, elektrolit serum, serum lactate,albumin, SGOT, SGPT, Ureum/ Creatinin, glukosa darah,  urinalisa, dan foto toraks

Referensi

  1. Baxter CR. Management of burn wounds. Dermatol Clin. 1993 Oct;11(4):709-14. PMID: 8222354.
  2. Moenadjat Y. Luka bakar masalah dan tatalaksana. Jakarta. Balai Penerbit Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. 2009:13.
  3. Prasetyono TO. General concept of wound healing. MJI. 2009;18(3)
  4. Kemenkes RI, 2019. Pedoman Nasional Pelayanan Kedokteran Tata Laksana Luka Bakar
  5. Jong, W., 2005. Buku Ajar Ilmu Bedah : Bab 3 : Luka, Luka Bakar. 2nd ed. Jakarta: EGC.
  6. Pedoman Nasional Pelayanan Kedokteran. Penanganan Luka Bakar
  7. The Pharmaceutical Journal, PJ, 9/16 May 2015, Vol 294, No 7861/2;294(7861/2):DOI:10.1211/PJ.2015.20068363. 2016
Customer Support umeds