Lesi Pigmentasi

Lesi pigmen oral merujuk pada area atau bercak yang menggelap yang mungkin muncul pada jaringan di dalam mulut. Lesi ini dapat bervariasi warna dan memerlukan evaluasi profesional untuk menentukan sifatnya, karena bisa berkisar dari hiperpigmentasi jinak hingga kondisi yang berpotensi ganas.

Mengetahui Algoritma Diagnosis Lesi Pigmentasi

  • Diagnosis lesi berpigmen rongga mulut dan jaringan perioral menantang bagi klinisi.
  • Meskipun epidemiologi dapat membantu dalam mengarahkan dokter dan meskipun beberapa lesi dapat didiagnosis secara meyakinkan hanya berdasarkan klinis, diagnosis definitif biasanya memerlukan evaluasi histopatologis.
  • Pigmentasi oral dapat bersifat fisiologis atau patologis, dan eksogen atau endogen. Warna, lokasi, distribusi, dan durasi serta penggunaan obat, riwayat keluarga, dan perubahan pola penting untuk diagnosis banding.

 

Lesi Pigmentasi: Etiologi Endogen

Pigmentasi Fisiologis 

  • Etiologi
    Pigmentasi fisiologis umum terjadi dan dihasilkan dari peningkatan produksi pigmen melanin oleh melanosit. Individu berkulit lebih gelap lebih sering terkena.
  • Gejala Klinis
    • Warna pigmentasi fisiologis dapat berkisar dari coklat muda hingga hampir hitam. 
    • Pigmentasi fisiologis meningkat seiring bertambahnya usia, dan intensitas warna dapat dipengaruhi oleh merokok, hormon, dan pengobatan sistemik. 
    • Attached gingiva adalah lokasi yang paling umum, tetapi pigmentasi fisiologis dapat ditemukan di mana saja di rongga mulut, termasuk ujung papila fungiformis pada dorsal lidah dan diagnosis pigmentasi fisiologis biasanya dilakukan secara klinis dan tidak memerlukan perawatan apa pun

  • Tatalaksana
    Tidak memerlukan perawatan. 

Makula Melanotik

  • Etiologi
    Secara histologis, hal ini ditandai dengan peningkatan produksi melanin in situ oleh melanosit basal dengan ciri morfologi normal.
  • Gejala Klinis
    Makula melanotik oral berbentuk kecil, berbatas tegas, berwarna cokelat kehitaman yang umumnya terdapat pada bibir dan gingiva, diikuti oleh palatum dan mukosa bukal.

  • Tatalaksana
    Umumnya biopsi direkomendasikan untuk membedakan makula melanotik dari lesi melanositik oral lainnya.

Nevus Melanositik

  • Etiologi
    Mutasi onkogenik mendorong hiperproliferasi awal yang menghasilkan pembentukan nevi
  • Gejala Klinis
    Nevi melanositik jauh lebih jarang ditemukan pada mukosa mulut daripada kulit. Secara klinis, nevus oral berukuran kecil, makula berbatas tegas tetapi umumnya muncul sebagai papula yang sedikit terangkat. Lesi bisa berwarna coklat, abu-abu kebiruan, atau hampir hitam dan terkadang tidak berpigmen
  • Tatalaksana
    Biopsi sangat disarankan untuk setiap pigmentasi rongga mulut yang baru karena melanoma dini dapat disalahartikan sebagai nevi melanositik

Melanoanchatoma Oral 

  • Etiologi
    Peran trauma dalam perkembangan lesi masih kontroversial. Adanya terapi inhibitor BRAF dapat berperan dalam beberapa kasus.
  • Gejala Klinis
    • Melanoacanthoma oral adalah lesi berpigmen jinak yang langka, berwarna coklat hingga coklat-hitam, berbatas tegas dan mirip dengan melanoacanthoma kulit, ditandai dengan hiperplasia keratinosit spinosus dan melanosit dendritik
    • Situs intraoral yang paling umum adalah mukosa bukal, bibir, palatum dan gingiva. Usia rata-rata presentasi adalah 28 tahun, terutama pada orang kulit hitam, dengan kecenderungan wanita yang kuat
  • Tatalaksana
    Eksisi bedah adalah pengobatan pilihan untuk lesi mukosa dan kulit. Karena kasus yang jarang dari lesi kulit premaligna atau ganas dilaporkan, reseksi yang lebih luas dengan margin yang jelas direkomendasikan. Pada melanoacanthoma kulit jinak, eksisi atau ablasi lokal dari lesi tersebut.

Addison Disease 

  • Etiologi
    Penyakit Addison, ditandai dengan kekurangan produksi hormon korteks adrenal, menyebabkan peningkatan produksi hormon adrenokortikotropik (ACTH). Hal ini dapat menyebabkan pigmentasi gelap yang menyebar pada kulit dan mukosa mulut
  • Gejala Klinis
    Tanda dan gejala penyakit Addison lainnya termasuk anoreksia, mual, dan hipotensi postural. Bibir, gingiva, mukosa bukal, langit-langit keras, dan lidah biasanya terlibat. Lesi berpigmen dapat menyebar atau terlokalisir. Pigmentasi difus atau diskrit pada bibir dan mukosa mulut bewarna coklat kehitaman
  • Tatalaksana
    Pengobatan lesi berpigmen pada mukosa mulut yang berhubungan dengan kelainan sistemik biasanya tidak diperlukan. Hilangnya lesi oral dapat mengikuti pengobatan kondisi yang mendasarinya

Lesi Pigmentasi: Etiologi Eksogen

Smokers Melanosis

  • Etiologi
    Smoker’s melanosis disebabkan karena efek fisik tembakau pada jaringan mulut oleh panas dan atau karena efek langsung dari nikotin yang menstimulasi melanosit yang terletak pada sel-sel basal epitelium untuk memproduksi melanin berlebih, sehingga menyebabkan deposisi melanin
  • Gejala Klinis
    Adanya bercak berwarna coklat difus yang menyebar dengan diameter kurang dari 1 cm dan letaknya paling sering nampak di gingiva anterior mandibula dan mukosa bukal.
  • Tatalaksana
    Perawatan Smoker’s melanosis adalah depigmentasi yang dilakukan apabila pasien merasa tidak nyaman dengan keadaan tersebut. Dokter gigi dapat melakukan gingival depigmentation dengan beberapa metode. Pigmentasi fisiologi dapat dilakukan eksisi mukosa, crysurgery, atau laser surgery. 

Post Inflammation Pigmentation 

  • Etiologi
    • Oral postinflammatory pigmentation (OPP) adalah perubahan warna pada mukosa mulut yang disebabkan oleh kelebihan melanin
    • Produksi dan pengendapan dalam lapisan basal epitel dan jaringan ikat daerah yang terkena kronis
    • Peradangan
  • Gejala Klinis
    Secara klinis OPP tampak terlokalisir atau menyebar, berwarna hitam hingga coklat pigmentasi. OPP dapat bertahan selama bertahun-tahun meskipun pigmentasi menghilang setelah resolusi keadaan inflamasi telah dilaporkan
  • Tatalaksana
    Observasi. Tidak diperlukan tatalaksana

Drug Induced Oral Hyperpigmentation

  • Etiologi
    Hiperpigmentasi oral/mukosa sebagai efek samping akibat penggunaan beberapa obat seperti antibiotik (misalnya minosiklin), antivirus (misalnya zidovudine), antimalaria (misalnya klorokuin), obat kemoterapi, antineoplastik, antijamur (misalnya ketokonazol), antileprotik (misalnya klofazimin), dan obat antihipertensi (misalnya amlodipin).
  • Gejala Klinis
    • Mengenai lokalisasi yang paling sering adalah lidah dengan dorsum menjadi daerah yang paling umum. Mukosa bukal adalah lokalisasi kedua yang paling sering diikuti oleh gusi, langit-langit keras dan bibir. Dasar mulut adalah lokasi yang paling jarang.
    • Pewarnaan terjadii biru, coklat, abu-abu, hitam, atau bahkan kuning.
    • Biasanya akan hilang sering dosis obat
  • Tatalaksana
    Observasi sejalan dengan konsumsi obat

Referensi

  1. Gondak, R. O., da Silva-Jorge, R., Jorge, J., Lopes, M. A., & Vargas, P. A. (2017). Oral pigmented lesions: Clinicopathologic features and review of the literature. Medicina oral, patologia oral y cirugia bucal, 17(6).
  2. Binmadi, N. O., Bawazir, M., Alhindi, N., Mawardi, H., Mansour, G., Alhamed, S., Alfarabi, S., Akeel, S., & Almazrooa, S. (2020). Medication-Induced Oral Hyperpigmentation: A Systematic Review. Patient preference and adherence, 14.
Customer Support umeds