Lepra

Lepra atau kusta adalah penyakit infeksi granulomatosa kronis yang disebabkan oleh basil Mycobacterium leprae yang bersifat obligat intraselular.

Definisi

Lepra atau kusta adalah penyakit infeksi granulomatosa kronis yang disebabkan oleh basil Mycobacterium leprae yang bersifat obligat intraselular. Saraf perifer sebagai afinitas pertama, kemudian selanjutnya dapat menyerang kulit, lalu menyebar ke organ lain (mukosa mulut, traktus respiratorius bagian atas, sistem retikuloendotelial, mata, otot, tulang, dan testis), kecuali susunan saraf pusat.

Etiologi

  • Disebabkan oleh bakteri Mycobacterium leprae yang bersifat obligat intraselular.
  • Klasifikasi lepra berdasarkan Ridley-Jopling: Tuberculoid (TT), Borderline Tuberculoid (BT), Borderline-borderline Mid-borderline (BB), Borderline-lepromatous (BL), Lepromatosa (LL)
  • Klasifikasi berdasarkan WHO: Pausibasilar (PB) dan Multibasilar (MB). 
  • Lepra tipe PB: lepra tipe TT dan BT serta tipe I dengan BTA negatif. 
  • Lepra tipe MB: lepra tipe BB, BL, LL dan semua kusta dengan BTA positif.

Patofisiologi

Gambar 1. Patogenesis Lepra

Pada orang yang kontak dengan kuman lepra, kebanyakan akan timbul infeksi subklinis. Mereka akan sembuh sempurna tanpa menunjukkan gejala-gejala klinis. Pada orang yang imunitasnya kurang, setelah terinfeksi dapat timbul tanda-tanda lepra indeterminate, yang hanya bersifat sementara sebelum akhirnya masuk ke dalam spektrum penyakit. Selanjutnya bergantung dari imunitasnya. Jika imunitas baik, akan menjadi lepra tipe PB. Jika imunitas kurang baik akan menjadi lepra tipe MB.

Penegakan Diagnosis

  • Anamnesis
    • Riwayat kontak dengan pasien kusta.
    • Latar belakang keluarga dengan riwayat tinggal di daerah endemis, dan keadaan sosial ekonomi.
    • Riwayat pengobatan kusta.
    • Terdapat minimal satu dari tanda kardinal berikut, yaitu:
      • Bercak kulit yang mati rasa

Bercak hipopigmentasi atau eritematosa, mendatar (makula) atau meninggi (plak). Mati rasa pada bercak bersifat total atau sebagian saja terhadap rasa raba, suhu, dan nyeri.

      • Penebalan saraf tepi

Dapat/tanpa disertai rasa nyeri dan gangguan fungsi saraf yang terkena, yaitu:

        • Gangguan fungsi sensoris: mati rasa
        • Gangguan fungsi motoris: paresis atau paralisis
        • Gangguan fungsi otonom: kulit kering, retak, edema, pertumbuhan rambut yang terganggu.
      • Ditemukan kuman tahan asam

Bahan pemeriksaan berasal dari apusan kulit cuping telinga dan lesi kulit pada bagian yang aktif. Kadang-kadang bahan diperoleh dari biopsi saraf.

  • Pemeriksaan fisik
    • Inspeksi

Dengan pencahayaan yang cukup (sebaiknya dengan sinar oblik), lesi kulit (lokasi dan morfologi) harus diperhatikan.

Lepra tipe TT

Lepra tipe BB

Lepra tipe LL

Gambar 2. Lesi lepra

    • Palpasi
      • Kelainan kulit: nodus, infiltrat, jaringan parut, ulkus, khususnya pada tangan dan kaki.
      • Kelainan saraf: pemeriksaan saraf tepi (pembesaran, konsistensi, nyeri tekan, dan nyeri spontan).
    • Tes fungsi saraf
    • Tes sensoris: rasa raba, nyeri, dan suhu
    • Tes otonom
    • Tes motoris: voluntary muscle test (VMT)
  • Pemeriksaan penunjang
    • Bakterioskopik: sediaan slit skin smear atau kerokan jaringan kulit dengan pewarnaan Ziehl Neelsen → ditemukan bakteri M. leprae.

Gambar. M. leprae (warna merah)

    • Bila diagnosis meragukan, dapat dilanjutkan dengan pemeriksaan biopsi dan histopatologi, serta pemeriksaan serologi (PGL-1) atau PCR.
  • Diagnosis banding → sesuai lesi lepra yang muncul
    • Makula hipopigmentasi: leukoderma, vitiligo, tinea versikolor, pitiriasis alba, morfea dan parut
    • Plak eritema: tinea korporis, lupus vulgaris, lupus eritematosus, granuloma anulare, sifilis sekunder, sarkoidosis, leukemia kutis dan mikosis fungoides
    • Ulkus: ulkus diabetik, ulkus kalosum, frambusia, dan penyakit Raynaud & Buerger

Tatalaksana

  • Non medikamentosa
    • Rehabilitasi medik, meliputi fisioterapi, penggunaan protese, dan terapi okupasi.
    • Edukasi kepada pasien, keluarga dan masyarakat: menghilangkan stigma dan penggunaan obat.
    • Setiap kontrol, harus dilakukan pemeriksaan untuk pencegahan disabilitas.
  • Medikamentosa
    • Tipe PB

Tabel 1. MDT tipe PB

Jenis Obat

< 10 tahun

10-15 tahun

>15 tahun

Keterangan

Rifampisin

300 mg/bulan

450 mg/bulan

600 mg/bulan

Minum di depan petugas

Dapson

25 mg/bulan

50 mg/bulan

100 mg/bulan

 

25 mg/hari

50 mg/hari

100 mg/hari

Minum di rumah

Lama pengobatan: diberikan sebanyak 6 dosis (diberikan perbulan) yang diselesaikan dalam 6-9 bulan.

    • Tipe MB

Tabel 2. MDT tipe MB

Jenis Obat

< 10 tahun

10-15 tahun

>15 tahun

Keterangan

Rifampisin

300 mg/bulan

450 mg/bulan

600 mg/bulan

Minum di depan petugas

Dapson

25 mg/bulan

50 mg/bulan

100 mg/bulan

25 mg/hari

50 mg/hari

100 mg/hari

Minum di rumah

Klofazimin (Lampren)

100 mg/bulan

150 mg/bulan

300 mg/bulan

Minum di depan petugas

50 mg, 2x/minggu

50 mg setiap 2 hari

50 mg/hari

Minum di rumah

Lama pengobatan: diberikan sebanyak 12 dosis (diberikan perbulan) yang diselesaikan dalam 12-18 bulan.

Gambar. Bagan alur diagnosis lepra

  • Kriteria Rawat Inap 
    • Efek samping obat berat
    • Reaksi reversal atau ENL berat
    • Keadaan umum buruk (ulkus, gangren), atau terdapat keterlibatan organ tubuh lain dan sistemik
    • Rencana tindakan operatif.
  • Edukasi
    • Saat mulai MDT
      • Kusta, disebabkan oleh kuman kusta dan dapat disembuhkan dengan MDT, bila diminum teratur tiap hari sesuai dosis dan lama terapi yang ditentukan.
      • Penjelasan tentang efek samping obat MDT seperti urin berwarna merah, bercak kulit gatal, berwarna kekuningan dan perubahan warna kulit.
      • Penjelasan tentang gejala dan tanda reaksi kusta.
      • Cacat baru dapat timbul saat atau setelah pengobatan dan dapat diobati.
      • Penyembuhan cacat yang sudah ada sebelumnya, tergantung pada lamanya cacat diderita.
      • Cari dan periksa kontak untuk konfirmasi dan pengobatan.
      • Perawatan diri harus dilakukan tiap hari secara teratur.
    • Saat RFT
      • Beri selamat karena telah menyelesaikan pengobatan dan berarti telah sembuh sehingga tidak memerlukan MDT lagi.
      • Bercak kulit yang masih tersisa memerlukan waktu lebih lama untuk menghilang sebagian menetap selamanya.
      • Mati rasa, kelemahan otot karena kerusakan saraf akan menetap.
      • Lapor segera apabila timbul gejala dan tanda reaksi kusta.
      • Walaupun sangat jarang terjadi, beri penjelasan tentang gejala dan tanda relaps.
      • Tetap melaksanakan kegiatan rawat-diri seperti biasanya

Referensi

  1. Danarti, R., Budiyanto, A., Pudjiati, S.R., Siswati, A.S., Febriana, S.A., Rayinda, T. 2020. Clinical Decision Making Series: Dermatologi dan Venerologi. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.
  2. Menaldi, S.L., Bramono, K., Indriatmi, W. 2015. Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin. Edisi 7. Jakarta: Badan Penerbit FKUI.
  3. PERDOSKI. 2021. Panduan Praktik Klinis Bagi Dokter Spesialis Dermatologi dan Venerologi Indonesia. Jakarta: PERDOSKI.
  4. Kang S, & Amagai M, & Bruckner A.L., & Enk A.H., & Margolis D.J., & McMichael A.J., & Orringer J.S.(Eds.). 2019. Fitzpatrick's Dermatology, 9e. McGraw Hill.
Customer Support umeds