Impetigo

Impetigo adalah infeksi kulit yang sering disebabkan oleh S.aureus dan stretokokus-B- hemolitik group A.

Definisi

Impetigo merupakan infeksi kulit yang sangat menular yang disebabkan oleh bakteri, paling sering adalah S. aureus dan Streptokokus β-hemolitik grup A. Impetigo merupakan bagian dari pioderma superfisialis. Lesi impetigo terbatas pada epidermis.

Etiologi

  • Penyebab paling sering impetigo adalah S. aureus dan Streptokokus β-hemolitik grup A.
  • Impetigo dibagi menjadi 2 jenis yaitu bulosa dan non-bulosa. 70% dari kasus impetigo merupakan jenis yang non-bulosa. Impetigo bulosa disebabkan oleh produksi lokal toksin A epidermolitik oleh S.aureus.
  • Sinonim impetigo nonbulosa adalah impetigo krustosa, impetigo kontangiosa, impetigo vulgaris, impetigo Tillbury fox. Sedangkan sinonim impetigo bulosa adalah impetigo vesikobulosa dan cacar monyet.
  • Impetigo dapat menyerang semua umur, namun infeksi primer paling sering terjadi pada anak.

Patofisiologi

Pada impetigo bulosa, S. aureus menghasilkan toksin (toxin-producing, coagulase positive strains of S. aureus). Toksin epidermolitik menyebabkan proses terjadinya bula. Pada sebagian besar kasus, lesi dimulai dengan adanya bula kendur yang mudah pecah, meninggalkan lesi eritematosa yang basah.

Pada impetigo non-bulosa, S. aureus dan Streptokokus β-hemolitik grup A memproduksi toksin eksfoliatif yang menyebabkan infeksi lokal. Pada awal lesi muncul makula eritematosa yang berkembang menjadi vesikel atau pustul. Jika vesikel atau pustul tersebut pecah akan berubah menjadi krusta kekuningan dan meluas ke area kulit di sekitarnya.

Penegakan Diagnosis

  • Anamnesis
    • Impetigo krustosa
      • Rasa gatal dan tidak nyaman pada koreng yang muncul di sekitar mulut.
      • Predileksi: daerah wajah, terutama di sekitar nares dan mulut
    • Impetigo bulosa
      • Predileksi: daerah intertriginosa (aksila, inguinal, gluteal), dada dan punggung.
  • Pemeriksaan fisik
    • Impetigo krustosa

Lesi awal berupa makula atau papul eritematosa yang secara cepat berkembang menjadi vesikel atau pustul yang kemudian pecah membentuk krusta kuning madu (honey colour) dikeliling eritema. Lesi dapat melebar sampai 1-2 cm, disertai lesi satelit di sekitarnya. Jika krusta dilepaskan tampak erosi di bawahnya. Sering krusta menyebar ke perifer dan sembuh di bagian tengah.

Gambar 1. Impetigo krustosa

    • Impetigo bulosa

Terdapat vesikel-bula kendur, dapat timbul bula hipopion. Bula pecah meninggalkan skuama anular dengan bagian tengah eritematosa (kolaret) dan cepat mengering. Tanda nikolski negatif. 

Gambar 2. Impetigo bulosa

  • Pemeriksaan penunjang

Bila diperlukan:

    • Pemeriksaan sederhana dengan pewarnaan Gram. 
    • Kultur dan resistensi spesimen lesi/aspirat apabila tidak responsif terhadap pengobatan empiris. 
    • Kultur dan resistensi darah, darah perifer lengkap, kreatinin, C-reactive protein apabila diduga bakteremia. 
    • Biopsi apabila lesi tidak spesifik.
  • Diagnosis banding
    • Impetigo krustosa: ektima, dermatitis atopik, dermatitis seboroik, dermatitis kontak alergi, skabies, tinea 
    • Impetigo bulosa: dermatitis kontak, Staphylococcal scalded skin syndrome, pemfigoid bulosa, pemfigus vulgaris, eritema multiforme, dermatitis herpetiformis

Tatalaksana

  • Non-medikamentosa

Jaga kebersihan tubuh

  • Medikamentosa
    • Impetigo krustosa

Jika krusta sedikit, dilepaskan dan diberi salep antibiotik. Antibiotik sistemik diberiksan jika krusta banyak.

    • Impetigo bulosa

Jika vesikel/bula sedikit → dipecahkan + salep antibiotik.

Jika vesikel/bula banyak → dipecahkan + salep antibiotik + antibiotik sistemik.

Tabel penanganan impetigo akibat S. aureus

 

Topikal

Sistemik

Lini pertama

Mupirocin 2% (2x sehari)

Retapamulin (2x sehari)

Asam fusidat (2x sehari)

  • Kloksasilin/dikloksasilin**: dewasa 4x250-500 mg/hari per oral; anak-anak 25-50 mg/kgBB/hari terbagi dalam 4 dosis selama 7 hari
  • Amoksisilin dan asam klavulanat: dewasa 3x250-500 mg/hari; anak-anak 25 mg/kgBB/hari terbagi dalam 3 dosis selama 7 hari
  • Sefaleksin: 25-50 mg/kgBB/hari terbagi dalam 4 dosis selama 7 hari

Lini kedua (jika alergi penisilin)

 
  • Azitromisin 1x500 mg/hari (hari 1), dilanjutkan 1x250 mg (hari 2-5)
  • Klindamisin 15 mg/kgBB/hari terbagi 3 dosis.
  • Eritromisin: dewasa 4x250-500 mg/hari; anak-anak 20-50 mg/kgBB/hari terbagi 4 dosis selama 7 hari

Suspek MRSA

Mupirocin 2% (2x sehari)

  • Trimetoprim-sulfometoxazol 160/800 mg, 2 kali sehari selama 7 hari
  • Doksisiklin, minosiklin 2x100 mg selama 7 hari, tidak direkomendasikan untuk anak, usia 8 tahun.
  • Klindamisin 15 mg/kgBB/hari terbagi 3 dosis.

Referensi

  1. Danarti, R., Budiyanto, A., Pudjiati, S.R., Siswati, A.S., Febriana, S.A., Rayinda, T. 2020. Clinical Decision Making Series: Dermatologi dan Venerologi. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.
  2. Menaldi, S.L., Bramono, K., Indriatmi, W. 2015. Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin. Edisi 7. Jakarta: Badan Penerbit FKUI.
  3. PERDOSKI. 2021. Panduan Praktik Klinis Bagi Dokter Spesialis Dermatologi dan Venerologi Indonesia. Jakarta: PERDOSKI.
  4. Kang S, & Amagai M, & Bruckner A.L., & Enk A.H., & Margolis D.J., & McMichael A.J., & Orringer J.S.(Eds.). 2019. Fitzpatrick's Dermatology, 9e. McGraw Hill.
Customer Support umeds