Fimosis

Fimosis adalah suatu kondisi dimana prepusium tidak dapat diretraksi ke arah glans penis.

Definisi

Fimosis adalah suatu kondisi dimana prepusium tidak dapat diretraksi ke arah glans penis. Fimosis terjadi akibat adanya perlengketan antara preputium dengan glans penis yang biasanya disebabkan oleh smegma yang dapat mengakibatkan orificium urethrae externum menjadi tersumbat. Smegma adalah material semi padat yang disekresikan oleh kelenjar-kelenjar prepusium yang terdapat di sepanjang kulit dan mukosa prepusium. Keadaan ini akan membuat preputium menjadi sulit dibuka dan dapat mengganggu pada saat anak akan berkemih hingga menimbulkan rasa sakit. 

Etiologi

Etiologi dari fimosis dapat dibagi menjadi fimosis fisiologis dan patologis:

  1. Fimosis fisiologis : Fimosis fisiologis merupakan fimosis yang terjadi pada orang yang tidak bisa melakukan retraksi preputium tanpa disertai dengan adanya kelainan pada glans penis maupun preputium penis.
  2. Fimosis patologis : Fimosis patolofis merupakan fimosis yang terjadi bisa secara kongenital atau didapat, dan menyebabkan terbentuknya jaringan fibrotik atau sikatrik yang mengakibatkan hambatan pada retraksi preputium penis. Etiologi yang dapat menyebabkan fimosis jenis ini contohnya adalah balanitis, postitis, dan balanopostitis. 

Patofisiologi dan Patogenesis

Fimosis dapat dialami oleh baru lahir karena terdapat adesi alamiah antara preputium dengan glans penis. Hingga usia 3-4 tahun penis tumbuh dan berkembang dan debris yang dihasilkan oleh epitel preputium (smegma) mengumpul didalam preputium dan perlahan-lahan memisahkan preputium dari glans penis. Ereksi penis yang terjadi secara berkala membuat preputium terdilatasi perlahan-lahan sehingga preputium menjadi retraktil dan dapat ditarik ke proksimal. Fimosis pada bayi laki-laki yang baru lahir terjadi karena ruang di antara kutup dan penis tidak berkembang dengan baik. Kondisi ini menyebabkan kulup menjadi melekat pada kepala penis sehingga sulit ditarik ke arah pangkal penyebabnya bisa dari bawaan dari lahir atau didapat misalnya karena infeksi atau benturan.

Ereksi penis yang terjadi secara berkala membuat preputium terdilatasi perlahan-lahan sehingga preputium menjadi retraktil dan dapat ditarik ke proksimal. Namun, pada sebagian anak preputium tetap lengket pada glans penis sehingga ujung preputium mengalami penyempitan dan akhirnya dapat mengganggu fungsi miksi. Keadaan ini menyebabkan lubang yang terdapat di preputium sempit sehingga tidak bisa ditarik mundur dan glans penis sama sekali tidak bisa dilihat. Pada kondisi ini akan terjadi balooning dimana preputium mengembang saat berkemih karena desakan pancaran urine yang tidak diimbangi besarnya lubang di ujung preputium. 

Hal ini dapat menghambat kelancaran berkemih seperti pada balloning maka sisa-sisa urin mudah terjebak di dalam prepusium. Kandungan glukosa pada urine menjadi faktor pendukung bagi pertumbuhan bakteri. Maka dari itu, dapat terjadi infeksi pada preputium maupun glans penis yang disebut sebagai balanitis (infeksi preputium), postitis (infeksi glans penis), maupun infeksi keduanya (balanopostitis). Infeksi ini dapat didukung dengan adanya higienitas yang rendah pada anak dan menyebabkan infeksi yang juga dapat berkembang menjadi kronis dan meninggalkan jaringan parut sehingga preputium susah diretraksi.

Penegakan Diagnosis

  • Anamnesis

Pada anamnesis dapat ditemukan adanya riwayat keluhan ringan hingga berat. Pada fimosis fisiologis hanya menyebabkan preputium yang tidak dapat ditarik kembali. Mungkin ada beberapa balon saat buang air kecil. Tetapi nyeri, disuria, dan infeksi kulit  atau infeksi saluran kemih tidak terlihat pada jenis ini. 

Pada fimosis patologis, dapat dikeluhkan adanya nyeri, iritasi kulit, infeksi lokal yang biasanya dikeluhkan pada orang tua anak. Biasanya bayi atau anak akan sering menangis apabila terjadi nyeri atau iritasi pada daerah preputium ataupun glans penis. Pada keadaan yang lebih berat, apabila preputium yang tidak bisa diretraksi menutupi seluruh bagian dari OUE, akan menyebabkan hambatan pada miksi. Hambatan pada miksi ini dapat dikeluhkan pada orangtua pasien sebagai anaknya tidak bisa kencing ataupun kencing menggembung pada bagian ujung penis. Apabila keadaan ini dibiarkan, akan menyebabkan retensi urin yang dapat dikeluhkan oleh orang tua pasien karena anak mungkin tidak bisa kencing dalam waktu yang lama hingga akan menyebabkan distensi vesika urinaria.

  • Pemeriksaan Fisik

Gambar : Pasien dengan preputium yang tidak bisa diretraksi

Temuan yang dapat dilihat pada pemeriksaan fisik adalah :

    • Smegma

Smegma adalah material semi padat yang disekresikan oleh kelenjar-kelenjar prepusium yang terdapat di sepanjang kulit dan mukosa prepusium. Smegma merupakan debris dari epitel epitel yang sebenarnya umum dihasilkan pada preputium. Smegma ini dapat berbau tidak sedap

    • Preputium yang tidak dapat diretrkasi

Preputium yang tidak dapat diretraksi merupakan keadaan dimana saat preputium ditarik kearah corona glans penis, preputium akan tertahan dan tidak bisa sepenuhnya diretraksi. Keadaan ini dapat ditemukan dari yang paling ringan dimana hanya sebagian preputium yang tidak dapat diretraksi hingga sepenuhnya preputium tidak dapat diretraksi dan menutup OUE.

    • Retensi urin

Pada kasus yang lebih berat, retensi urin dapat terjadi akibat obstruksi dari OUE oleh preputium yang tidak bisa retraksi. Keadaan ini akan menyebabkan urin tidak bisa melewati OUE. Distensi urin dapat diperiksa pada daerah suprapubis dimana VU dapat teraba. Pada perkusi juga dapat ditemukan perkusi redup dimana normalnya pada perkusi suprapubik akan berbunyi timpani.

    • Inflamasi pada glans dan preputium penis

Manifestasi klinis ini dapat ditemukan pada pasien yang mengalami komplikasi infeksi akibat kolonisasi bakteri pada preputium dan glans penis. Apabila sudah terjadi infeksi, dapat ditemukan edema dan eritema pada kulit yang terinfeksi. Daerah yang inflamasi ini akan menyebabkan nyeri pada pasien dan akan bertambah nyeri apabila ditekan. 

Diagnosis Banding

  • Parafimosis

Parafimosis berhubungan dengan manipulasi kulup dengan kegagalan untuk mereduksi kulup ke posisi aslinya. Presentasi dengan nyeri dan edema pada preputium dan kelenjar adalah tipikal. Parafimosis tidak mewakili proses penyakit, dan episode tunggal, setelah diselesaikan, tidak memerlukan intervensi bedah. Episode berulang tidak biasa dan merupakan indikasi untuk sunat.

  • Balanoposthitis Akut

Penyakit ini merupakan adalah infeksi piogenik purulen pada preputium dan merupakan bentuk postitis yang terjadi secara akut. Kondisi ini menyebabkan eritema dan edema pada preputium dan glans penis. Gejala yang dapat ditemukan adalah disuria dan hematuria minima. Episode ini biasanya sembuh dengan pengobatan antibiotik dan tidak memerlukan intervensi lebih lanjut kecuali episode berulang terjadi.

Tatalaksana

  • Terapi Konservatif

Sebagai pilihan terapi konservatif dapat diberikan salep kortikoid (0,05-0,1%) dua kali sehari selama 20-30 hari. Terapi ini tidak dianjurkan untuk bayi dan anak-anak yang masih memakai popok, tetapi dapat dipertimbangkan untuk usia sekitar tiga tahun. 

  • Terapi Operatif

Terapi operatif fimosis pada anak-anak tergantung pada pilihan orang tua dan dapat berupa sirkumsisi plastik atau sirkumsisi radikal setelah usia dua tahun. Pada kasus dengan komplikasi, seperti infeksi saluran kemih berulang atau balloning kulit prepusium saat miksi, sirkumsisi harus segera dilakukan tanpa memperhitungkan usia pasien. Tujuan sirkumsisi plastik adalah untuk memperluas lingkaran kulit prepusium saat retraksi komplit dengan mempertahankan kulit prepusium secara kosmetik. Pada saat yang sama, perlengketan dibebaskan dan dilakukan frenulotomi dengan ligasi arteri frenular jika terdapat frenulum breve. Sirkumsisi neonatal rutin untuk mencegah karsinoma penis tidak dianjurkan.

Indikasi Operasi :

    1. Fimosis terkait dengan balanitis berulang
    2. Retensio urin
    3. Balanitis Xeroticans Obliterans
    4. ISK (berulang) terkait dengan kelainan yang mendasari (yaitu VUR, katup uretra posterior, disfungsi kandung kemih neuropatik)
    5. Terapi medis yang gagal untuk ISK, penyakit batu, dan untuk alasan agama dan keyakinan.
    6. Fimosis sekunder

Kontraindikasi Operasi :

    1. Infeksi lokal akut
    2. Anomali kongenital dari penis (hipospadia, mikropenis, atau hernia besar atau hidrokel di mana perbaikan setelah sunat dapat menyebabkan penis terkubur atau fimosis sekunder).

Komplikasi

  1. Parafimosis
    Preputium yang ditarik ke arah corona glans, tetapi tidak dapat kembali lagi serta menyebabkan cincin konstriksi yang menjepit glans penis. Tingkat fimosis yang ada dan/atau retraksi berkepanjangan menghasilkan cincin jaringan yang rapat di korona, menyebabkan kongesti vena, edema, dan pembengkakan glans, yang dapat berkembang menjadi oklusi arteri dan nekrosis.
  2. Balanoposthitis
    Balanitis dan infeksi pada preputium, di mana sekresi radang dan pus terperangkap di preputium.
  3. Peradangan kronis.
  4. Kanker penis (karsinoma sel skuamosa)
  5. Infeksi menular seksual

Referensi

  1. Ikatan Ahli Urologi Indonesia. 2016. Panduan Penatalaksanaan (Guidelines) Urologi Anak (Pediatric Urology) di Indonesia.
  2. Purnomo B. 2015. Dasar-Dasar Urologi. Edisi III. Jakarta: Sagung Seto.
  3. Tanagho, EA and Lue. 2020. Smith & Tanagho General Urology, 19th ed. USA: McGrawHill.
  4. Reynard J, Brewster S, Biers S, Neal N. 2018. Oxford Handbook of Urology. 4th ed. United Kingdom: Oxford University Press.
Customer Support umeds