Bell's Palsy

Bell’s palsy dinamai oleh penemunya yaitu Sir Charles Bell. Bell’s palsy didefinisikan sebagai paralisis n. VII perifer idiopatik akut unilateral.

Definisi

Bell’s palsy dinamai oleh penemunya yaitu Sir Charles Bell. Bell’s palsy didefinisikan sebagai paralisis n. VII perifer idiopatik akut unilateral. Biasanya dapat mengalami perbaikan pada 80-90% kasus. Kebanyakan terjadi di pagi hari. Gejala mendadak dan sering mencapai puncak dalam 48 jam.

Etiologi

  1. Idiopatik
  2. Beberapa teori lain :
    1. Iskemik vaskular, akibat gangguan regulasi sirkulasi darah di kanalis fasialis
    2. Infeksi virus, akibat HSV atau HZV
    3. Herediter, akibat kanalis fasialis yang sempit sehingga menyebabkan predisposisi terjadi paresis
    4. Imunologi, reaksi imunologi terhadap infeksi virus atau akibat pemberian imunisasi.

Patofisiologi dan Patogenesis

Pada bell’s palsy terjadi inflamasi yang menyebabkan demielinisasi segmental, bahkan dapat terjadi kerusakan aksonal, sehingga terjadi kelainan nervus fasialis tipe perifer yang mencapai maksimal dalam 48 - 72 jam pasca onset. Abnormalitas dapat terjadi pada lokasi sepanjang perjalanan nervus fasialis sejak keluar dari inti nervus fasialis di pons hingga serabut terminalnya yang menginervasi efektor. Lokasi lesi terbanyak di bagian proksimal kanalis fasialis yang merupakan tempat tersempit

Penegakan Diagnosis

  • Anamnesis

Dengan menanyakan gejala awal berupa :

  1. Kelumpuhan otot fasialis ipsilateral
    • M. frontalis
    • M. orbikularis okuli
    • M. buccinator
    • M. orbikularis oris
    • M. platisima
  2. Penurunan lakrimasi ipsilateral
  3. Hiperakusis ipsilateral → m. stapedius
  4. Penurunan salivasi ipsilateral
  5. Penurunan indera pengecap ipsilateral pada dua pertiga anterior lidah berupa penurunan rasa manis, asin, dan asam
  • Pemeriksaan Fisik
    1. Pemeriksaan fisik umum
    2. Pemeriksaan neurologis
      • Lesi LMN
        • Paresis semua otot wajah
        • Refleks fasial menurun
        • Pengecapan mungkin menurun
        • Lakrimasi mungkin terganggu
    3. Pemeriksaan THT dan leher
  • Kriteria Diagnosis
    1. Diagnosis klinis -> Diagnosis klinis eksklusi
    2. Diagnosis Topis
      Letak LesiKenalinan MotorikGangguan PengecapanGangguan PendengaranHiposekresi SalivaHiposekresi Lakrimalis

      Pons - Meatus Akustikus Interntus

      +

      +

      +

      Tuli/hiperakusis

      +

      +

      Pons - Meatus Akustikus Internus

      +

      +

      +

      Hiperakusis

      +

      +

      Ganglion Genikulatum - N. Stapedius

      +

      +

      +

      Hiperakusis

      +

      -

      N. Stapedius - Chorda Tympani

      +

      +

      +

      +

      -

      Chorda Tympani

      +

      +

      -

      +

      -

      Infra Chorda Tympani - Sekitar Foramen Stilomastoideus

      +

      -

      -

      -

      -

  • Grading

Dengan kriteria House and Brackmann :

  1. Grade I
    1. Fungsi facial normal
  2. Grade II → disfungsi ringan
    1. Kelemahan ringan saat di inspeksi mendetail
    2. Sinkinesis ringan dapat terjadi
    3. Simetris normal saat istirahat
    4. Gerakan dahi sedikit sampai baik
    5. Menutup mata sempurna dapat dilakukan dengan sedikit usaha
    6. Sedikit asimetri mulut dapat ditemukan
  3. Grade III → disfungsi moderat
    1. Asimetri kedua sisi terlihat jelas, kelemahan minimal
    2. Adanya sinkinesis, kontraktur atau spasme hemifasial
    3. Simetris normal saat istirahat
    4. Gerakan dahi sedikit sampai moderat
    5. Menutup mata sempurna dapat dilakukan dengan usaha
    6. Sedikit lemah gerakan mulut dengan usaha maksimal
  4. Grade IV → disfungsi moderat sampai berat
    1. Kelemahan dan asimetri jelas
    2. Simetris normal saat istirahat
    3. Tidak terdapat gerakan dahi
    4. Mata tidak menutup sempurna
    5. Asimetris mulut dilakukan dengan usaha maksimal
  5. Grade V → disfungsi berat
    1. Hanya sedikit gerakan yang dapat dilakukan
    2. Asimetri saat istirahat
    3. Tidak terdapat gerakan dahi
    4. Mata menutup tidak sempurna
    5. Gerakan mulut hanya sedikit
  6. Grade VI → paralisis total
    1. Asimetris luas
    2. Tidak ada gerakan
  • Pemeriksaan Penunjang
    1. Darah rutin, ureum, kreatinin, gula darah
    2. EMG
      • Mengetahui progresivitas
      • Mengetahui besar kerusakan
      • Melihat stimulasi elektrik n. VII
    3. MRI kepala dengan kontras apabila curiga lesi sentral

Diagnosis Banding

  • Nukleus atau Perifer
    1. Lyme disease, yang membedakan adalah didapatkan adanya riwayat tanda bercak atau nyeri sendi dan riwayat kontak di daerah endemis Lyme disease.
    2. Otitis media, yang membedakan adalah Onset perlahan, nyeri di telinga, demam, dan gangguan pendengaran konduktif.
    3. Sindrom Ramsay Hunt, yang membedakan adalah nyeri yang semakin memberat, erupsi vesikular pada kanalis telinga atau faring.
    4. Sarkoidosis atau GBS, yang membedakan adalah kebanyakan terjadinya bilateral.
    5. Tumor, yang membedakan adalah onsetnya perlahan.
  • Supranuklear atau Sentral
    1. Sklerosis Multipel, yang membedakan adalah tambahan gejala neurologis.
    2. Stroke, yang membedakan adalah melibatkan anggota gerak sesisi.
    3. Tumor, yang membedakan adalah onset kronis progresif, perubahan status mental, dan riwayat keganasan.

Tatalaksana

  1. Farmakologis
    1. Pemberian glukokortikoid oral untuk mengurangi inflamasi n. facialis→prednison 40 - 60 mg per hari selama 10 hari dengan penurunan dosis bertahap
    2. Jika curiga infeksi virus :
      • Asiklovir 400 mg 5 kali sehari dalam 7 hari
      • Valasiklovir 1 g 3 kali sehari selama 7 hari dalam waktu 72 jam sejak onset
  2. Non-farmakologis
    1. Lindungi mata :
      • Lubrikasi okular topikal dengan artifisial air mata pada siang hari untuk mencegah corneal exposure.
      • Saat berkendara juga sebaiknya menggunakan helm dengan penutup wajah.
      • Penutupan mata dengan mekanik (plester) saat tidur.
    2. Rehab medis :
      • Fase akut (<2minggu)
        1. IR pada wajah
        2. Gentle massage dengan mengangkat otot wajah dengan halus ke atas dan BUKAN gerakan sirkuler
        3. Mime - mirror therapy dengan berlatih menutup mata dan mengangkat sudut mulut di depan kaca
      • Fase pasca akut (>2 minggu)
        1. Electrical stimulation
        2. Gentle massage dan mirror therapy

Referensi

  1. Perhimpunan Dokter Spesialis Saraf Indonesia. 2016. Panduan Praktik Klinis Neurologis. http://snars.web.id/ppkneurologi/ppkneurologi.pdf
  2. Adam, Olivia Mahardani. 2019. Bell’s Palsy. Jurnal Ilmiah Kedokteran Wijaya Kusuma. Vol. 8 No. 1. Hal 137-149
  3. Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. 2017. Buku Ajar Neurologi. Departemen Neurologi Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia
  4. American Family Physician. 2007. Bell’s Palsy: Diagnosis and Management. https://www.aafp.org/pubs/afp/issues/2007/1001/p997.html
Customer Support umeds