Ekstraksi Gigi

-

Armamentarium Ekstraksi

  • Elevator
    • Instrumen yang digunakan untuk meluksasi /melonggarkan gigi sebelum aplikasi forcep dan mengangkat akar yang patah atau dipotong melalui pembedahan.
    • Tujuannya adalah untuk membuat ekstraksi lebih mudah, serta menghindari komplikasi seperti fraktur mahkota, akar, dan tulang. Elevator memberikan keuntungan mekanis maksimum dengan upaya minimum.
    • 3 Komponen elevator :
      • Handle: untuk pegangan yang tepat dan menghasilkan tenaga yang memadai namun terkontrol.
      • Shank: menghubungkan handle dengan ujung kerja (blade) elevator. Cukup kuat untuk mentransmisikan gaya dari handle ke blade.
      • Blade: ujung kerja instrumen dan meneruskan gaya ke gigi, tulang, atau keduanya untuk mencapai tindakan yang diinginkan.
    • Jenis elevator :
      • Tipe Straight / Lurus : blade elevator lurus memiliki permukaan cekung di satu sisi yang ditempatkan ke arah gigi yang akan dielevasi
      • Tipe Triangle / Segitiga : Elevator ini tersedia berpasangan kiri dan kanan. Elevator segitiga paling berguna ketika akar yang patah tetap berada di soket gigi dan soket yang berdekatan kosong.
      • Tipe Pick : sebagai tuas untuk mengelevasi akar yang patah dari soket gigi. Tipe pick pertama adalah Crane Pick yang biasanya perlu mengebor lubang dengan bur sedalam sekitar 3 mm ke dalam akar tepat di puncak tulang. Ujung pick kemudian dimasukkan ke dalam lubang, dan dengan tulang bukal sebagai tumpuan, akar diangkat dari soket gigi. Tipe pick kedua adalah root tip pick atau apex elevator digunakan untuk mengambil ujung akar gigi yang sangat kecil dengan memasukkan ujungnya ke dalam ruang ligamen periodontal antara ujung akar dan dinding soket.
  • Forceps
    • Merupakan instrumen dasar yang digunakan untuk melakukan pencabutan gigi.
    • Bagian Forceps :
      • Handle : handle/pegangan adalah area forsep tempat operator memegang instrumen dalam genggaman telapak tangan
      • Hinge / Engsel : area di mana beak dan handle bersatu satu sama lain dan bagian ini sesuai dengan titik tumpu tuas
      • Beak : lebih pendek dibandingkan dengan handle dan sesuai dengan lengan pendek tuas, memberikan keuntungan mekanis maksimum untuk mencengkeram gigi.
    • 5 Gerakan Forceps :
      • Tekanan Apikal :  pergerakan gigi ke arah apikal minimal; namun, soket mengembang karena penyisipan beak di ruang ligamen periodontal.
      • Tekanan Bukal/Labial : menyebabkan perluasan pelat kortikal bukal, khususnya di puncak ridge. Pada saat yang sama, itu menghasilkan tekanan apikal lingual.
      • Tekanan Palatal/Lingual : Serupa dengan tekanan bukal/labial, tetapi dalam arah yang berlawanan bertujuan untuk perluasan lempeng kortikal lingual.
      • Tekanan Rotasi : Di ​​sini gigi berotasi yang mengakibatkan ekspansi soket internal dan robeknya ligamen periodontal.
      • Gaya Traksi : Gaya ini mengeluarkan gigi dari soket.
    • Forceps Rahang Atas
      • No 150 : untuk gigi berakar tunggal
      • No. 150A : untuk mencabut gigi premolar
      • No. 53 left dan right : untuk molar dengan akar 3
      • No. 88 left dan right : untuk molar dengan mahkota karies parah
      • No. 65 : untuk mengangkat akar molar yang patah
    • Forceps Rahang Bawah
      • No 151 : untuk gigi berakar tunggal
      • No 151A : untuk premolar rahang bawah
      • No 17 : untuk gigi berakar dua
  • Periotomes
    • Instrumen yang digunakan untuk mencabut gigi sambil mempertahankan anatomi soket gigi. Prinsip umum di balik penggunaannya adalah untuk memutuskan beberapa ligamen periodontal gigi untuk memudahkan pengangkatannya.

 

Prinsip Mekanik dalam Ekstraksi Gigi

  • Lever : Elevator digunakan terutama sebagai tuas (lever). Tuas adalah mekanisme untuk mentransmisikan gaya sederhana—dengan keuntungan mekanis dari lengan tuas yang panjang dan lengan efektor yang pendek—ke dalam gerakan kecil melawan resistensi yang besar.
  • Wedges : berguna ketika straight elevator digunakan untuk menarik gigi dari soketnya. beak forcep ekstraksi biasanya menyempit pada ujungnya dan meluas kesuperior. Ketika forsep digunakan, harus ada upaya sadar yang dilakukan untuk memaksa ujung forsep ke dalam ruang ligamen periodontal di puncak tulang. Ini menggunakan akar gigi sebagai wedge untuk memperluas tulang
  • Wheel-and-axel : paling mirip dengan elevator berbentuk segitiga. Ketika satu akar gigi berakar ganda tertinggal di prosesus alveolar, elevator triangular, seperti Cryer, diposisikan ke dalam soket dan diputar. Handle kemudian berfungsi sebagai poros, dan ujung elevator triangular bertindak sebagai roda dan mengikat serta mengangkat akar gigi dari soket.

 

Posisi Operator dan Pasien

Operator berdiri

  • Ekstraksi maksila
    • Kursi miring ke belakang
    • Bidang oklusal maksila pada sudut 45° terhadap lantai
    • Mulut pasien harus sejajar antara bahu dan siku operator
  • Ekstraksi mandibula
    • Posisi tegak
    • Bidang oklusal mandibula sejajar dengan lantai
    • Mulut pasien harus berada di ketinggian sedikit di bawah siku

Operator duduk:

  • Ekstraksi maksila
    • Supine position (100 terhadap lantai)
    • Mulut pasien harus sejajar dengan siku operator
  • Ekstraksi mandibula
    • Supine position (20°–30° terhadap lantai)
    • Mulut pasien harus pada tingkat sedikit di atas siku operator

Gigi

Posisi untuk operator right-handed

Posisi untuk operator left-handed

Semua gigi maksila dan gigi anterior mandibula

Jam 7-8

Jam 4-5

Gigi posterior kiri mandibula

Jam 7-8

Jam 1

Gigi posterior kanan madibula

Jam 11

Jam 4-5

 

Prosedur Ekstraksi (Close Method)

  • Retraksi gingiva 
    • Perlekatan jaringan lunak dilepaskan dari bagian servikal gigi
    • Dapat dilakukan secara efektif dengan menggunakan scalpel blade, moon's probe atau sharp end  dari elevator Molt's Periosteal No. 9
    • Langkah ini membantu dalam:
      • Memastikan apakah anestesi telah tercapai
      • Mendapatkan keyakinan pasien bahwa hanya tekanan yang akan dirasakan
      • Posisi lebih apikal dari blade forsep dan elevator
  • Luksasi gigi menggunakan elevator
    • Straight elevator dimasukkan tegak lurus ke dalam ruang interdental
    • Setelah refleksi papila interdental, elevator kemudian digerakkan untuk mengarahkan blade ke arah apikal. Blade kemudian diputar dengan gerakan kecil maju mundur, sementara tekanan apikal ditempatkan untuk mendorong blade ke dalam ruang ligamen periodontal. 
    • Hal ini memperluas soket alveolar dan merobek ligamen periodontal
  • Pengaplikasian forsep ke gigi
    • Gigi digenggam apikal dari garis servikal dengan forsep yang sesuai
    • Beak lingual diaplikasikan terlebih dahulu diikuti beak bukal
    • Penerapan beak harus sejajar dengan sumbu panjang gigi
    • Hal ini menyebabkan efek pelebaran dan perluasan tulang alveolar pada penerapan kekuatan apikal.
    • Forceps harus digenggam pada ujungnya untuk memaksimalkan kontrol dan keuntungan mekanis
  • Luksasi gigi menggunakan forsep
    • Seperti dijelaskan sebelumnya, berbagai gerakan dilakukan untuk luksasi gigi
    • Setelah gigi diluksasi, gaya apikal diterapkan lagi untuk menggeser pusat rotasi lebih jauh ke apical, diikuti oleh gerakan bukal dan lingual gigi.
    • Gaya yang diberikan pada arah bukal dan lingual harus merupakan tekanan yang disengaja secara perlahan tanpa gerakan tersentak-sentak
    • Setelah gaya diberikan, harus ditunggu hingga tulang mengalami ekspansi.
  • Pencabutan gigi dari soket
    • Sebuah gaya traksi ringan yang diarahkan sedikit ke arah bukal diterapkan pada gigi.
    • Gigi keluar dari soket setelah soket benar-benar mengembang dan ligamen periodontal terputus.
    • Setelah gigi keluar, gigi dan soket keduanya harus diperiksa untuk mencari kemungkinan adanya ujung akar yang retak. 

Selain 5 langkah ini, tangan yang berlawanan juga memainkan peran penting selama prosedur pencabutan, yaitu sebagai berikut:

  • Menarik jaringan lunak pipi, bibir, dan lidah
  • Melindungi gigi lainnya dari forcep
  • Stabilisasi kepala pasien (bersama dengan lengan yang berlawanan)
  • Menyokong rahang selama ekstraksi mandibula
  • Menyokong prosesus alveolaris dan memberikan informasi taktil mengenai perluasan soket.

 

Komplikasi Ekstraksi

  • Perdarahan : Perdarahan dapat merupakan lanjutan dari primer, reaksioner (terjadi dalam 48 jam setelah operasi ketika efek vasokonstriktor pada anestesi lokal hilang dan terdapat hiperemia reaktif) atau perdarahan sekunder (komplikasi jarang pada pencabutan gigi yang mungkin disebabkan oleh infeksi yang menghancurkan bekuan darah. Dimulai sekitar 7 hari setelah operasi)
  • Dry Socket / Osteitis Alveolar : Komplikasi pasca operasi ini menyebabkan rasa sakit yang signifikan tetapi tanpa tanda dan gejala infeksi yang umum, seperti demam, pembengkakan, dan eritema. Istilah dry socket menggambarkan penampilan soket pencabutan gigi saat rasa sakit dimulai
  • Cedera Jaringan Lunak : Cedera pada jaringan lunak rongga mulut hampir selalu disebabkan oleh kurangnya perhatian ahli bedah terhadap sifat halus mukosa, upaya untuk melakukan pembedahan dengan akses yang tidak memadai, terburu-buru selama pembedahan, atau penggunaan kekuatan yang berlebihan dan tidak terkendali. 
  • Fraktur Akar : Metode utama untuk mencegah fraktur akar adalah dengan melakukan pembedahan dengan cara yang tepat atau menggunakan teknik ekstraksi terbuka dan menghilangkan tulang untuk mengurangi jumlah gaya yang diperlukan untuk mencabut gigi
  • Perpindahan Akar : Akar gigi yang paling sering tergeser ke dalam ruang anatomis yang tidak menguntungkan adalah akar molar rahang atas ketika terdorong atau hilang ke dalam sinus maksilaris
  • Hilangnya Gigi ke Faring : Dalam kedua kasus tersebut, pasien harus dibawa ke unit gawat darurat, dan radiografi dada dan perut harus diambil untuk menentukan lokasi spesifik gigi. Jika gigi telah diaspirasi, konsultasi mengenai kemungkinan pengangkatan gigi dengan bronkoskopi harus diminta. Penatalaksanaan aspirasi yang mendesak adalah mempertahankan jalan napas dan pernapasan pasien.
  • Pencabutan Gigi yang Salah : Jika gigi yang salah dicabut dan ahli bedah segera menyadari kesalahan ini, gigi harus segera direplantasi ke dalam soket gigi. 
  • Fraktur atau Terlepasnya Restorasi yang Berdekatan : Cedera yang paling umum pada gigi yang berdekatan adalah fraktur yang tidak disengaja atau lepasnya restorasi atau kerusakan pada gigi karies yang parah saat ahli bedah berusaha untuk mengangkat gigi yang akan dicabut. Pencegahan fraktur atau perpindahan tersebut terutama dicapai dengan menghindari penerapan instrumentasi dan gaya pada restorasi.
  • Luksasi Gigi yang Berdekatan : Penggunaan instrumen ekstraksi yang tidak tepat dapat menyebabkan luksasi pada gigi yang berdekatan. Luksasi dicegah dengan penggunaan kekuatan yang bijaksana dengan elevator dan forceps. 
  • Fraktur Prosessus Alveolar : Penyebab paling mungkin dari fraktur prosesus alveolar adalah penggunaan kekuatan yang berlebihan dengan forsep, yang menyebabkan fraktur lempeng kortikal.
  • Cedera TMJ : Jika rahang tidak didukung secara memadai selama ekstraksi untuk membantu melawan kekuatan, pasien mungkin mengalami rasa sakit di daerah ini. Penggunaan blok gigitan pada sisi kontralateral dapat memberikan keseimbangan kekuatan yang memadai sehingga tidak terjadi cedera
  • Komunikasi Oroantral : Pencabutan gigi premolar atau molar rahang atas kadang-kadang menghasilkan komunikasi antara rongga mulut dan sinus maksilaris.

 

Referensi

  1. Bonanthaya, K., Panneerselvam, E., Manuel, S., Kumar, V.V., Rai, A., 2021, Oral and Maxillofacial Surgery for the Clinician, Springer.
  2. Hupp, J.R., Ellis, E., Tucker, M.R., 2019, Contemporary and Maxillofacial Surgery, 7th ed., Elsevier.
Customer Support umeds