Saliva dalam Rongga Mulut

-

Pengertian Cairan Rongga Mulut

  • Pendahuluan
    • Cairan rongga mulut terdiri dari saliva, cairan sulkus gingiva, dan sekret epitel rongga mulut.
    • Sifat kelenjar saliva dan sekresinya ditentukan oleh tipe sekretori yaitu: serous, seromukus, dan mukus.
    • Saliva merupakan cairan rongga mulut yang terdiri dari sekresi kelenjar saliva dan cairan crevicular gingiva.
    • Produksi saliva oleh kelenjar mayor sekitar 90% yaitu kelenjar parotis (serosa), kelenjar submandibularis dan kelenjar sublingual (seromukosa).
    • 10% saliva diproduksi oleh kelenjar saliva minor yang terdapat pada mukosa rongga mulutdi bagian lingual, labial, bukal, palatinal, dan glossopalatinal.
  • Saliva
    • Tidak berwarna.
    • Berfungsi untuk mempertahankan homeostasis dalam rongga mulut.
    • Sebagai lapisan setebal 0,1-0,01 mm yang melapisi seluruh jaringan rongga mulut.
    • 90% dihasilkan saat makan yang merupakan reaksi atas rangsangan yang berupa pengecapan dan pengunyahan makanan.
    • 93% saliva disekresi oleh glandula salivarius mayor dan sisanya yaitu 7% disekresikan oleh glandula salivarius minor.
    • Saliva dalam keadaan steril pada saat disekresikan, namun akan segera terkontaminasi segera setelah saliva tercampur dengan GCF (Gingival Crevicular Fluid), sisa-sisa makanan, mikroorganisme, sel-sel mukosa oral yang mati.
    • Pengeluaran saliva pada orang dewasa berkisar antara 0,3-0,4 ml/ menit sedangkan apabila distimulasi, banyaknya saliva normal adalah 1-2 ml/menit.
    • Sekresi saliva normal berkisar antara 800- 1500 ml/hari dan mempunyai pH antara 6,0-7,0
    • Saliva mengandung beberapa elektrolit (Na+, K+, Cl-, HCO3-, Ca2+, Mg2+, HPO42, SCN-, dan F-), protein (amilase, musin, histatin, cystatin, peroksidase, lisozim, dan laktoferin), immunoglobulin (sIgA, Ig G, dan Ig M), serta molekul organik (glukosa, asam amino, urea, asam uric, dan lemak).
  • Cairan sulkus gingiva
    • Cairan sulkus gingiva (CSG) atau gingival crevicular fluid adalah suatu produk filtrasi fisiologis dari pembuluh darah yang termodifikasi.
    • Cairan sulkus gingiva dapat berasal dari jaringan gingiva yang sehat dan serum darah yang terdapat dalam sulkus gingiva baik gingiva dalam keadaan sehat maupun meradang.
    • Cairan sulkus gingiva bersifat alkali sehingga dapat mencegah terjadinya karies pada permukaan enamel dan sementum yang halus. Keadaan ini menunjang netralisasi asam yang dapat ditemukan dalam proses karies di area tepi gingiva. 

 

Embriologi Kelenjar Saliva

  • Kelenjar saliva muncul sebagai bentuk epitelial bud di rongga mulut sekitar minggu ke 6-7 IU, dan berkembang ke dalam jaringan mesenkim. 
  • Tanda pertama suatu kelenjar adalah munculnya epithelial bud dengan berproliferasi sebagai suatu jalur sel yang padat kedalam ectomesenchym dibawahnya. 
  • Ectomesenchyme oral mempunyai peranan esensial dalam differensiasi kelenjar saliva, sehingga membentuk jaringan ikat sokongan seperti kapsul fi brosa dan septa, yang memisahkan kelenjar menjadi lobus dan lobulus serta mengangkut duktus, pembuluh darah, limfatikus dan nervus.
  • Pembentukan kelenjar ludah dimulai pada awal kehidupan fetus (4 – 12 minggu) sebagai invaginasi epitel mulut yang akan berdiferensiasi ke dalam duktus dan jaringan asinar. 
  • Bud kelenjar parotid muncul sekitar 5 minggu kehidupan embrio diikuti kelenjar Submandibula. Kelenjar sub-lingual dan kelenjar saliva minor muncul sekitar 10 minggu.

 

Klasifikasi Kelenjar Saliva

  • Berdasarkan Ukuran
    • Minor : bertaburan dalam kebanyakan mukosa mulut.
    • Mayor : kelenjar parotid, kelenjar submandibular dan kelenjar sublingual
  • Berdasarkan Sifat Sekresi
    1. Serous : cair & tipis, kaya akan non-enzimatik dan protein enzimatik mengandung beberapa polisakarida
    2. Mukus : kental & tebal, kaya dengan polisakarida dan mengandung beberapa protein nonenzimatik
    3. Seromukus : kelenjar yang memproduksi cairan campuran

 

Komponen Saliva dan Struktur Kelenjar Saliva

  • Saliva
    • Manusia memproduksi sebanyak 1000-1500 cc saliva dalam 24 jam, yang umumnya terdiri dari 99,5% air dan 0,5 % lagi terdiri dari garam-garam, zat organik dan zat anorganik.
    • Unsur-unsur organik yang menyusun saliva antara lain: protein, lipida, glukosa, asam amino, amoniak, vitamin, asam lemak.
    • Unsur-unsur anorganik yang menyusun saliva antara lain: Sodium, Kalsium, Magnesium, Bikarbonat, Khloride, Rodanida dan Thiocynate (CNS), Fosfat, Potassium.
    • Saliva pada manusia terdiri atas sekresi kelenjar parotis (25%), submandibularis (70%), dan sublingualis (5%). Kandungan urea dalam saliva berperan pada pengaturan pH dan kapasitas buffer saliva.
  • Komposisi Cairan Sulkus Gingiva (CSG)
    • Elemen Selular: Elemen selular ditemukan pada CSG temasuk bakteri, epitelial sel yang terkelupas, leukosit (PMNs, limfosit,monosit/ makrofag), yang bermigrasi di seluruh sulcula epitelium.
    • Elektrolit: Potasium, sodium, dan kalsium sudah dipelajari didalam CSG. Kebanyakan penelitian menunjukkan korelasi positif kalsium dan sodium konsentrasi dan sodium/potasium rasio dengan inflamasi.
    • Bahan-bahan Organik: Karbohidrat dan protein sudah diteliti. Glukosa hexosamin dan asam hexuronik ditemukan pada CSG. Produk metabolisme dan bakteri diidentifi kasi pada CSG termasuk asam laktat, urea, hidroksiprolin, endotoksin, subtansi sitotoksik, hidrogen sulfi da, dan faktor antibakterial. 
  • Struktur Kelenjar Saliva
    • Kelenjar Saliva Mayor
      • Anatomi Kelenjar Parotis
        • Letak kelenjar berpasangan ini tepat di bagian bawah telinga terletak antara prosessus mastoideus dan ramus mandibula. Kelenjar Parotis berpasangan dan bilobular. Sifatnya serus, menutupi otot maseter. Terletak diantara ramus mandibularis dan prosesus mastoideus. Dibagian medial, kel. ini dibatasi oleh perlekatan otot styloideus dan prosesus styloideus.
        • Kelenjar ini meluas ke lengkung zygomatikum di depan telinga dan mencapai dasar dari muskulus masseter.
        • Kelenjar parotis memiliki suatu duktus utama yang dikenal dengan duktus Stensen. Duktus ini berjalan menembus pipi dan bermuara pada vestibulus oris pada lipatan antara mukosa pipi dan gusi dihadapkan molar dua atas.
        • Kelenjar ini terbungkus oleh suatu kapsul yang sangat fibrous dan memiliki beberapa bagian seperti arteri temporal superfi sialis, vena retromandibular dan nervus fasialis yang menembus dan melalui kelenjar ini.
      • Fisiologi kelenjar Parotis:
        • Kelenjar parotis menghasilkan suatu sekret yang kaya akan air yaitu serous.
        • Saliva pada manusia terdiri atas 25% sekresi kelenjar parotis.
      • Anatomi Kelenjar Submandibular
        • Kelenjar ini merupakan kelenjar yang berbentuk seperti kacang dan memiliki kapsul dengan batas yang jelas.
        • Di dalam kelenjar terdapat arteri fasialis yang melekat erat dengan kelenjar ini.
        • Kelenjar ini teletak di dasar mulut di bawah ramus mandibula dan meluas ke sisi leher melalui bagian tepi bawah mandibula dan terletak di permukaan muskulus mylohyoid.
        • Pada proses sekresi kelenjar ini memiliki duktus Wharton yang bermuara di ujung lidah. Saluran keluar utama yaitu duktus submandibularis wharton bermuara pada ujung papila sublingualis pada dasar rongga mulut dekat sekali dengan frenulum lidah, dibelakang gigi seri bawah. Baik kapsula maupun jaringan ikat stroma berkembang baik pada kelenjar submandibularis. 
      • Fisiologi kelenjar Submandibularis
        • Kelenjar submandibularis menghasilkan 80% serous (cairan ludah yang encer) dan 20% mukous (cairan ludah yang padat).
        • Kelenjar submandibularis merupakan kelenjar yang memproduksi air liur terbanyak.
        • Saliva pada manusia terdiri atas 70% sekresi kelenjar submandibularis.
      • Anatomi Kelenjar Sublingual
        • Kelenjar ini terletak antara dasar mulut dan muskulus mylohyoid merupakan suatu kelenjar kecil diantara kelenjar–kelenjar mayor lainnya.
        • Duktus utama yang membantu sekresi disebut duktus Bhartolin yang terletak berdekatan dengan duktus mandibular dan duktus Rivinus yang berjumlah 8-20 buah.
        • Kelenjar ini tidak memiliki kapsul yang dapat melindunginya.
      • Fisiologi kelenjar Sublingualis
        • Kelenjar sublingualis menghasilkan sekret yang mukous dan konsistensinya kental.
        • Saliva pada manusia terdiri atas 5% sekresi kelenjar sublingualis
    • Kelenjar Saliva Minor
      • Kelenjar labial (glandula labialis) terdapat pada bibir atas dan bibir bawah dengan asinus-asinus seromukus.
      • Kelenjar bukal (glandula bukalis) terdapat pada mukosa pipi, dengan asinus-asinus seromukus.
      • Kelenjar Bladin-Nuhn (Glandula lingualis anterior) terletak pada bagian bawah ujung lidah.
      • Kelenjar Von Ebner (Gustatory Gland = albuminous gland).
      • Kelenjar Weber terletak pada pangkal lidah. Kelenjar Von Ebner dan Weber disebut juga glandula lingualis posterior.

 

Fungsi Cairan Rongga Mulut

  • Fungsi Saliva
    • Mencegah terjadinya karies gigi.
    • Mengandung growth factor untuk membantu dalam proses penyembuhan luka.
    • Membilas residu makanan, melepaskan sel epitel, dan benda asing,
    • Menetralkan asam di makanan serta asam yang dihasilkan oleh bakteri di mulut, sehingga membantu mencegah karies gigi.
    • Mempermudah proses menelan dengan membasahi partikel - partikel makanan.
    • Memiliki efek antibakteri, pertama oleh lisozim yaitu enzim yang melisiskan atau menghancurkan bakteri tertentu dan kedua dengan membilas bahan yang mungkin digunakan bakteri sebagai sumber makanan.
    • Sebagai pelarut untuk molekul - molekul yang merangsang papil pengecap; membantu mastikasi dan berbicara karena adanya lubrikasi oral.
    • Enzim bernama Ptialin yang berfungsi menghancurkan, melembabkan dan mengubah makanan yang sedang dikunyah menjadi gula yang kemudian diproses oleh organ tubuh lainnya hingga gula tersebut dapat menjadi penghantar energi.
  • Fungsi Cairan Sulkus Gingiva
    • Gingival fluid (crevicular fluid) adalah transudat plasma darah yang ditemukan di sulkus gingiva akibat kebocoran plasma dari kapiler-kapiler darah di gingiva bebas.
    • Selain IgG, IgA dan IgM, beberapa komponen komplemen C3, C4, C5 dan proaktivator C3 telah ditemukan dalam cairan sulkus gingiva. IgG dalam cairan krevikuler berisi antibodi spesifik terhadap sejumlah jasad renik oral (misalnya S. mutans dan B. gingivalis).
    • Terdapat sejumlah komponen lainnya dalam cairan krevikuler, termasuk albumin, transferin, haptoglobin, glikoprotein dan lipoprotein yang fungsinya belum diketahui. Sumber lain menjelaskan bahwa dalam cairan gingiva juga terdapat asam amino, protein plasma seperti 1α, α2, α dan α globulin, elektrolit, sistem fibrinolitik, dan material sel.
    • Peningkatan jumlah cairan gingiva dapat dipertimbangkan sebagai tanda-tanda adanya penyakit gingiva. 

 

Mekanisme Sekresi Saliva

  • Sekresi saliva yang bersifat spontan dan kontinyu disebabkan oleh stimulasi konstan saraf parasimpatis dan berfungsi menjaga agar mulut serta tenggorokan tetap basah setiap waktu.
  • Pusat saliva di medula mengontrol derajat pengeluaran saliva melalui saraf-saraf otonom.
  • Beberapa faktor dapat mempengaruhi sekresi saliva dengan merangsang kelenjar saliva melalui faktor mekanis (pengunyahan), faktor kimiawi (asam, manis, asin, pahit dan pedas), faktor neuronal (rangsangan simpatis maupun parasimpatis), faktor psikis, dan rangsangan rasa sakit (infl amasi).
  • Sekresi saliva dapat ditingkatkan melalui dua jenis refleks saliva yang berbeda, yaitu: 
    • Refleks saliva sederhana, atau tidak terkondisi
      • Refleks saliva sederhana terjadi saat baroreseptor di dalam rongga mulut merespons adanya makanan. Saat diaktifkan, reseptor-reseptor tersebut memulai impuls di serabut saraf aferen yang membawa informasi ke pusat saliva di medula spinalis. Pusat saliva kemudian mengirim impuls melalui saraf otonom ekstrinsik ke kelenjar saliva untuk meningkatkan sekresi saliva. Gerakan gigi juga mendorong sekresi saliva walaupun tidak terdapat makanan karena adanya manipulasi terhadap baroreseptor yang terdapat di mulut. 
    • Refleks saliva didapat, atau terkondisi
      • Pada refleks saliva didapat, sekresi saliva dihasilkan tanpa rangsangan oral. Hanya dengan berpikir, melihat, membaui, atau mendengar suatu makanan yang lezat dapat memicu pengeluaran saliva melalui refleks ini.

 

Referensi

  1. Rahayu Y.C., Kurniawati A. 2018. Cairan Rongga Mulut. Yogyakarta: Pustaka Panasea
  2. Drake R.L., Vogl W., Mitchell A.W.M. 2012. Gray’s Basic Anatomy. Philadelphia: Elsevier
  3. Gartner L.P., Hiatt J.L. 2007. Color textbook of Histology. 3rd edition. Philadelphia: Saunders Elsevier
  4. Mescher A.L. 2013. Junqueira’s Basic Histology. 14th edition. Indiana : McGraw-Hill Education
  5. Eroschenko V.P. 2008. diFiore’s Atlas of Histology with Functional Correlations. 11th edition. Philadelphia: Lippincott Williams & Wilkins
Customer Support umeds